twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Sabtu, 26 Februari 2011

Gratis Tak Selamanya Berujung Menyenangkan

SMS GratisSesuatu yang gratis memang tak selamanya berujung menyenangkan semua orang. Betul? Meskipun sebetulnya saya juga suka dengan barang yang gratisan tapi kalau akibat pemberian 'Gratis' tersebut terus berbuah sesuatu yang mengganggu apa iya masih menyenangkan?

Contoh, saat ini lagi marak adanya pemberian bonus SMS (short message service) gratis dari para operator seluler di negara kita. Yang jumlah bonusnya tak tanggung-tanggung bisa mencapai ribuan SMS gratis per hari. Anda ingin tahu apa dampak dari adanya pemberian gratis ini? Gara-gara bonus SMS gratis ini arus SMS marketing dan SMS Spam begitu deras nyepam ke semua pemakai ponsel, tak terkecuali ke ponsel saya.

Untung lah ponsel saya sudah saya bentengi dengan aplikasi SMS Spam Manager jadi berbagai bentuk SMS marketing dan SMS spam sudah tidak bisa lolos menerobos masuk ke inbox ponsel saya. Namun, bagaimana kalau pengguna ponselnya belum mengerti dan mempersenjatai dengan aplikasi semacam SMS Spam Manager atau aplikasi Mr. Number Call Block seperti pada ponsel BlackBerry? Tentu akan sangat terganggu, bukan?

Mari flasback sebentar ke masa 11 tahun tahun silam, tepatnya ke masa awal tahun 2000-an. Pada tahun itu, tahun pertama kali saya punya ponsel, seingat saya harga SMS per pesan sekali kirim waktu itu masih belum semurah sekarang. Yaitu sekitar Rp 350/SMS kalau yang prabayar dan Rp 250/SMS untuk yang pasca bayar untuk per sekali kirimnya.

Awalnya, SMS hanya bisa dikirim dari sesama pengguna dalam operator yang sama, belum bisa bebas dikirim lintas operator. Keadaan serba terbatas ini justru di sisi lain cukup membuat nyaman pengguna ponsel karena sedikitnya para penyepam yang kirim SMS marketing lewat ponsel.

Sampai akhirnya kemudian terjalin kerjasama antar operator sehingga SMS bisa bebas dikirim ke nomor operator seluler manapun, tak terkecuali operator dari dan keluar negeri. Termasuk gateway (jalur) SMS dari internet semacam SMS Broadcast pun bisa dibuka seperti waktu sekarang ini.

Biaya pengiriman SMS pun semakin murah dari hari ke hari atau tahun ke tahun sehingga saat ini malah digratiskan samasekali sebagai bentuk bonus. Contoh, operator Telkomsel memberikan bonus 1000 SMS gratis pada pemakai Kartu As, kemudian berturut-turut AXIS, XL, Indosat dan masih banyak lagi operator yang lain juga ramai-ramai memberikan bonus berupa SMS gratis.

Fakta yang menjadi ironinya, sampai saat ini adanya pemberian bonus SMS gratis ini justru dianggap sangat menguntungkan di sisi operator karena memberikan kontribusi cukup besar dalam hal akuisisi jumlah pelanggan baru. Selain itu juga memberikan sumbangan pada kesetiaan pelanggan.

Telkomsel sebagai market leader yang menguasai lebih dari 50% pelanggan seluler di negara kita setelah sebelumnya menentang keras dengan adanya pemberian bonus gratis SMS ini akhirnya pun ikut berbalik arah dan ganti menawarkan SMS gratis lintas operator sama seperti para operator lainnya. Telkomsel menawarkan SMS gratis karena himbauannya agar layanan itu distop tidak indahkan para operator lainnya.

Sebagai pengguna jasa telekomunikasi seluler, saya hanya berharap regulator seperti BRTI (Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia) segera turun tangan mengatasi masalah ini. Jika layanan bonus SMS tidak segera dihentikan maka akan semakin tumbuh subur SMS-SMS marketing dan SMS Spam yang terus mengganggu pengguna ponsel.

Pertanyaan saya kepada Anda. Sebagai pengguna ponsel apakah Anda juga mengalami hal yang sama, yaitu terganggu akibat adanya SMS marketing dan spam yang banyak masuk ke ponsel seperti sekarang ini? Atau samasekali tak terganggu dan justru menikmati adanya pemberian bonus gratis SMS ini?


Bookmark and Share

Rabu, 16 Februari 2011

Benarkah Pembajakan Itu Salah dan Samasekali Tidak Bisa Ditolerir?

Plagiat
Urusan lisensi, bajak membajak dan menjiplak (plagiat) karya orang lain, saat ini lagi menjadi isu menarik. Sampai tulisan ini saya tulis masih menjadi topik hangat karena jadi ajang threat diskusi di milis saya. Awalnya, gara-gara situs SalingSapa yang ramai dibicarakan di media. Kemudian berlanjut ke masalah lisensi yang dipakai situs SalingSapa yang katanya menggunakan CMS milik JCows. Dan diluar diskusi di milis, saya lihat beberapa kawan blogger saya juga tidak sedikit yang mengulas tentang SalingSapa, juga masalah HAKI, plagiat dan lisensi ini.

Kali ini saya ingin mengulas dari sisi yang berbeda. Pertanyaan saya: Benarkah tindakan pembajakan itu salah dan samasekali tidak bisa ditolerir? Bagaimana kalau menurut pendapat Anda?

Sebelum Anda menjawab pertanyaan saya, saya ingin menyampaikan tiga fakta berikut ini kepada Anda. Semoga tiga contoh yang akan saya beberkan kepada Anda ini sedikit bisa memberi warna, bukan hanya sekedar hitam dan putih atau salah dan benar, mengapa pembajakan dan plagiat itu prakteknya masih tumbuh subur. Dan beberapa negara malah melegalkannya. Saya akan bahas satu persatu.

1. Fakta tentang negara China


Kemampuan membuat barang tiruan (imitasi) bangsa China memang luarbiasa mengantar negaranya menjadi raksasa penguasa ekonomi dunia seperti sekarang ini. China tidak perlu pengakuan dari siapapun atas fakta ini. Keberhasilan mereka dalam mencapai kemajuan bangsanya sebagai raksasa ekonomi terbesar di dunia yang terus tumbuh akibat dari salah satunya melakukan praktek meniru atau menjiplak produk negara lain. Betul?

China, apa sih barang yang sekarang ini tidak ditiru oleh China? Dari mulai aksesories seperti arloji, tas, pakaian, ponsel, produk elektronik sampai motor semua bisa dijiplak persis oleh China. Anda ingin tahu apa argumentasi orang China tentang hal ini? Ternyata China punya paham yang berbeda dalam memandang urusan yang satu ini.

Meniru. Bagi China adalah sah-sah saja mereka lakukan apa yang sebetulnya kita sebut sebagai plagiat, sebab bagi mereka itu justru adalah hak. Hak? Aneh, kan terdengarnya? Tapi itu benar. Karena menurut mereka (bangsa China) memiliki hak atas kekayaan intelektual (HAKI) yang umumnya dimiliki oleh negara-negara maju (barat) tersebut. Bangsa China mengklaim telah menyumbangkan warisan kekayaan intelektual secara cuma-cuma kepada seluruh umat manusia dan negara maju untuk meningkatkan peradaban mereka sejak jaman dahulu kala.

Bahkan, ini saya mengutip dari email di milis Telematika, salah seorang menteri China dalam suatu pidato resminya pernah mengatakan bahwa apabila bangsa barat menuntut hak atas kekayaan intelektual (HAKI) masa kini maka seharusnya mereka juga mengakui kekayaan intelektual masa lalu yang telah menjadikan mereka maju seperti sekarang ini. Termasuk membayar semua kerugian atas ide imperialisme dan industrialisasi kaum kapitalis sejak pasca jaman renaissance yang telah menyengsarakan umat manusia di belahan timur dan selatan.

2. Fakta tentang penjajahan di negara kita

Saya berandai-andai kalau saja negara kita tak pernah dijajah oleh negara-negara barat, kalau menurut Anda apakah bangsa ini tetap akan terpuruk, tertinggal kemajuannya dengan negara maju lainnya seperti sekarang ini? Belum tentu, kan? Bayangkan saja selama 350 tahun kita dihisap, dijajah bangsa barat, dieksploitasi kekayaan alamnya sampai selama itu. 350 tahun itu kalau yang jadi patokan adalah AHH (angka harapan hidup) orang Jogja, 73 tahun, bayangkan itu artinya hampir selama lima turunan (generasi).

Jika saja negara kita sudah berdiri mandiri dan tidak dijajah oleh negara barat sejak jaman Majapahit misalnya, belum tentu kita akan tertinggal jauh seperti sekarang ini, kan? Betul?

Kalau tindakan China yang suka meniru atau menjiplak hasil kekayaan intelektual dari bangsa lain, maka bagaimana kalau saya berpendapat sama untuk negara kita? Anggap saja ini impas juga dengan masa lalu karena mereka (negara barat) sudah pernah menjajah kita setelah sekian lama. Jadi kalau pun kita membajak, contoh software, karena salah satunya orang di negara kita memang miskin, tak mampu beli yang legal. Faktanya memang rata-rata begitu, kan?

Boleh saya sebut itu sebagai bentuk Penjajahan Terbalik dari perbuatan dulu karena mereka pernah lakukan penjajahan pada negara kita? Apakah menurut Anda argumentasi saya tersebut salah dan tetap tidak bisa ditolerir?

3. Fakta tentang para underground

Berbicara masalah lisensi dan bajak membajak ada satu komunitas yang eksistensinya harus diakui juga. Yaitu komunitas para underground atau kubu anti lisensi, paten, royalti dan penganut copyleft yang menganggap HAKI adalah produk pemberian dari Tuhan sehingga tidak pantas diperjualbelikan. Mereka ini malah menganggap sistem lisensi ini adalah paham kapitalis liberal yang melakukan penghisapan manusia atas manusia. Salah satu alat imperialisme baru. Salah satu contoh saja, misalnya dalam kasus hak atas virus yang ternyata dimiliki eksklusif oleh industri farmasi negara maju dengan memanfaatkan otoritas lembaga dunia PBB seperti WHO.

Dan kalau Anda pernah membaca buku “Di Balik Kisah-kisah HACKER Legendaris” yang ditulis oleh Wicak Hidayat dan Yayan Sopyan maka di salah satu halamannya ada sebuah kutipan menarik yang ditulis oleh seorang Hacker yang menyebut dirinya bernama “The Mentor, 1986”. Mereka membuat sebuah statement yang sangat menarik, yang merupakan ‘Manifesto Hacker’. Sebuah bentuk ketidakpuasan. Berikut saya kutip sebagian isi kata-katanya:

“….Kalian menyebut kami penjahat.. karena kami menggunakan layanan yang sudah ada tanpa membayar, padahal layanan itu seharusnya sangat murah jika tidak dikuasai oleh orang-orang rakus….”

Bukankah ketiga fakta yang saya sebutkan di atas, yaitu fakta di China, penjajahan di negara kita dan ‘Manifesto Hacker’ itu sebuah fakta yang tak bisa kita pungkiri juga di sisi lain?

Terakhir kesimpulannya. Maaf, kali saya tidak akan menyimpulkan masalah plagiat atau bajak membajak ini. Sama seperti judul dalam artikel ini yang berupa sebuah pertanyaan, saya hanya bertanya kepada Anda. Selanjutnya silahkan jawab dan putuskan sendiri sikap Anda.

Sumber Foto: Plagiarism


Bookmark and Share

Senin, 14 Februari 2011

Review Buku: Belajar Goblok Dari Bob Sadino

Bob SadinoParadigma saya sekolah dan mengenyam hidup selama 38 tahun runtuh sudah. Itu semua karena Bob Sadino. Gara-gara membaca bukunya seperti telah dicuci otak saya. Benar-benar dicuci bersih dan seperti dilahirkan kembali. Ha Ha Ha.

Bagaimana tidak, falsafah-falsafah bisnis dan hidup Bob Sadino sudah menjungkirbalikkan fakta tentang keyakinan yang banyak diyakini orang pintar selama ini. Apa itu? Falsafah Goblok.

Berikut salah satu pernyataannya yang bisa membuat saya dan barangkali Anda juga menjadi tersenyum kecut, atau kening sampai berkerut-kerut bahkan mungkin bisa kebakaran jenggot karena pernyataannya yang tentu bertolak belakang 180 derajat beneran kalau dilihat dari kacamata pinter orang sekolah.

Kalau ingin sukses berbisnis Jangan pakai tujuan. Jangan pakai rencana. Jangan pula pakai harapan. Mengalir saja jalani apa adanya. Dan juga tak perlu sekolah. Catat tak perlu sekolah. Ini pesan "Goblok" tapi sebetulnya pinter yang disampaikan oleh Bob Sadino dalam sebuah bukunya yang baru selesai saya baca.

Mengapa dibilang Goblok? Karena tak pernah ada pelajaran pinter sekolah ilmu manajemen modern universitas manapun yang mengajarkan demikian. Apalagi nyuruh jangan sekolah. Hanya Bob Sadino lah satu-satunya orang yang mengajarkan pakai cara "Goblok" yang tak lazim ini.

Mengapa Bob Sadino berani bilang tak perlu sekolah? Bila Anda termasuk orang yang membangga-banggakan sekolah atau ijazah Anda, semoga Anda tak semakin marah apalagi mencak-mencak mendengar ucapannya lagi tentang sekolah. Sekolah itu racun. Catat sekali lagi, hanya membodohi Anda dengan racun informasi basi seperti sampah yang tak berguna.

Maksud dari ucapan Bob Sadino yang bisa saya tangkap adalah intinya kalau ingin pinter, salah satunya pinter berbisnis, ya bisnis saja dengan langsung praktek, just do it, tak perlu banyak mikir ini dan itu yang membuat Anda menjadi takut karena kebanyakan pertimbangan. Kebanyakan mikir malah tak jalan-jalan. Dan celakanya, kebanyakan sekolah hanya mendidik orang menjadi penakut akibat terlalu banyak dicekoi pelajaran sampah yang semakin membuat takut orang berbisnis. Ini faktanya.

Ucapan itu bukan tanpa alasan dan guyonan tapi sangat serius. Dan dalam banyak kesempatan seperti saat diundang untuk seminar-seminar atau diwawancarai media kata-kata itu sering meluncur dari mulut Bob Sadino.

Sebagai bukti ucapannya, jangan ditanya setidaknya Bob Sadino sudah membuktikan kesuksesan berbisnisnya pada dirinya sendiri dengan memakai cara-cara "Goblok". Coba bayangkan dari awalnya menjajakan telur door to door sampai akhirnya bisa punya rumah megah, mobil Jaguar dua sampai punya supermarket Kem Chick yang terus berkembang pesat dan punya pabrik sosis & ham Kem Food dan juga punya pabrik pengolah sayur Kem Farm.

Apa itu masih belum cukup untuk membuktikan bahwa teori "Goblok" Bob Sadino sebetulnya adalah pinter?

Dalam konteks melakukan apapun adakalanya tujuan, adanya banyak atau sederet rencana dan harapan justru malah membelenggu kita. Kita memang fokus pada rel tujuan namun fokus di sini justru menafikan peluang lain yang ada di luar rencana atau tujuan kita, yang sebetulnya adakalanya malah lebih menjanjikan. Betul?

Itulah setidaknya penggalan pesan yang bisa saya tangkap dari maksud Bob Sadino mengapa berbisnis itu tak perlu pakai tujuan, tak perlu pakai rencana seperti kontingensi plan, adanya banyak plan-plan seperti plan A, plan B, plan C, dst. Dan juga tak perlu sebuah harapan.

Anda ingin tahu selengkapkanya bagaimana belajar pakai cara "Goblok" agar menjadi pinter, silahkan baca bukunya. Baca buku "Belajar Goblok Dari Bob Sadino" yang ditulis oleh Dodi Mawardi.

Maaf, ini bukan Advertorial tapi hanya review saja. Saya tidak dibayar sepeser pun dengan mereview buku ini. Yang ini tolong Anda catat juga. biggrin



Bookmark and Share

Sabtu, 12 Februari 2011

Tips Mengembalikan Keperawanan Yang Hilang

Di negara timur, salah satunya di negara kita Indonesia, keperawanan seorang gadis masih dianggap sesuatu yang sangat penting oleh semua orang. Betul? Mengapa sangat penting? Karena keperawanan gadis adalah tanda atau simbol bahwa seorang wanita masih suci atau belum pernah dijamah oleh laki-laki manapun. Tepatnya tanda belum pernah melakukan hubungan seks.

Wedding

Jika seorang wanita belum menikah tapi sudah kedapatan tidak perawan, dengan salah satunya ditandai telah robeknya selaput dara (hymen) yang ada dalam organ intimnya maka tentu saja ini adalah sebuah aib besar. Terlebih, robeknya selaput dara ini memang akibat benar-benar karena sebuah kesengajaan. Yaitu karena telah melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Namun, tidak selamanya seorang gadis yang tidak perawan diakibatkan karena seks pranikah, tetapi ada juga yang robeknya selaput dara dikarenakan karena jatuh seperti kecelakaan misalnya, atau karena berolahraga.

Sebagai seorang yang mewakili kaum laki-laki hampir bisa saya pastikan sulit untuk tidak menjudge bila mendapati seorang gadis tidak perawan bukan karena alasan seks pranikah, atau karena alasan nomer yang kedua di atas. Yaitu karena kecelakaan atau berolahraga. Karena secara umum hilangnya keperawanan seorang gadis kebanyakan memang oleh hubungan seks. Karena akibat penetrasi pertemuan dua organ seks yang menyebabkan robeknya selaput dara (hymen).

Terlepas masalah keperawanan ini masih dianggap penting atau tidak, faktanya tuntutan sebagian besar pria kepada wanita calon pasangannya kebanyakan adalah menuntut calon istrinya tetap perawan di malam pertamanya. Tuntutan ini saya rasa sangat wajar karena sebagai seorang calon suami pasti mendambakan kepada calon istrinya agar dialah pria yang pertama kali menjamah istrinya. Bukan orang lain. Kecuali kalau dari awal si wanitanya memang seorang janda, itu lain soal.

Bagaimana kalau misalnya ada seorang gadis yang sudah tidak perawan lagi tapi ingin mendambakan agar bisa perawan kembali? Jawabnya bisa, salah satunya dengan melakukan operasi pembuatan selaput dara. Tapi, masalahnya biaya operasi ini tak murah sehingga kebanyakan gadis tak mampu melakukannya.

Nah, saya ada solusi murah bagaimana mengembalikan selaput dara tanpa harus dengan operasi. Saya punya tips mengembalikan keperawanan yang hilang menjadi akan benar-benar nampak utuh seperti masih gadis beneran. Yaitu masih akan keluar darah beneran saat berhubungan seks seperti layaknya gadis yang masih perawan.

Solusinya, dengan memakai alat bernama Virginity Hymen. Apa itu Virginity Hymen? Yaitu sebuah alat yang secara harfiahnya bisa diartikan sebagai selaput dara buatan. Pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Jepang yang kemudian dikembangkan secara luas oleh manufaktur di China. Alat ini diciptakan dengan maksud mengatasi masalah pada wanita yang telah hilang mahkota keperawanannya.

Bagaimana cara kerja alat Virginty Hymen ini? Sistem kerja alat ini adalah ketika terjadi penetrasi dalam hubungan seks, hymen yang sebelumnya telah dipasang dalam liang senggama seorang wanita akan rusak dan pecah, kemudian akan mengeluarkan sedikit cairan berwarna merah yang mirip dengan darah seorang perawan.
Terakhir, saya perlu menegaskan. Meski saya memberikan tips ini kepada Anda tapi saya tegaskan sekali lagi bahwa saya sangat tidak setuju dengan free sex. Tidak setuju dengan seks pranikah yang dilarang oleh agama dan norma di masyarakat kita. Jadi, tips ini hanya saya khususkan untuk membantu gadis-gadis yang hilang keperawanannya karena jatuh akibat kecelakaan, jatuh karena berolahraga, atau hilang keperawanannya akibat karena pemerkosaan. Dan bukan karena hilang secara disengaja akibat pernah berhubungan seks secara bebas.

Jika diantara pembaca ada yang membutuhkan alat Virginty Hymen ini, saya persilahkan hubungi Bu Erna di nomor Telpon 0274-4541674, HP/WA 085743457343 (Indosat), PIN BB 2B537DA9 atau bisa hubungi penulis melalui link Contact yang ada di blog ini. Demikian tips dari saya, semoga informasi ini bermanfaat.

*** Tips ini bermuatan Advertorial (jualan). Segala kerahasiaan seluruh pemesan dijamin dan akan dirahasiakan.


Bookmark and Share

Sabtu, 05 Februari 2011

7 Alasan Mengapa Twitter Lebih Menyenangkan Daripada Facebook dan Blog

Kelebihan Twitter
Setelah sekian lama saya menggunakan media blog untuk menulis. Menggunakan social media seperti Facebook dan microblogging Twitter untuk berekspresi lewat status, akhirnya saya mulai menemukan mengapa main di microblogging seperti Twitter ternyata lebih menyenangkan ketimbang menggunakan Facebook dan blog.

Anda ingin tahu alasan-alasan saya? Berikut alasan-alasannya. Selamat menyimak:

  1. Menulis di Twitter (update status) nyaris tanpa mikir lama. Ini berbeda sekali dengan nulis di blog yang butuh memeras otak tidak sebentar untuk mencari ide, merumuskannya menjadi bentuk artikel, dan terakhir menuliskannya menjadi sebuah postingan di blog. Kelebihan ini bisa disejajarkan dengan Facebook namun menjadi berbeda saat membalas komentar karena di Twitter lebih simple cara membalas setiap komentar yang masuk.
  2. Kalau di Facebook karena pertemanan sistemnya sejajar maka update status cenderung dua arah sama seperti di blog, sementara di Twitter tidak. Ini sekali lagi membuat kita lebih enjoy ngetweet (update status) daripada update di FB yang berharap status kita diberi komentar oleh orang lain atau diberi jempol. Ingat pengemis jempol dalam artikel saya sebelumnya. Baca "Inilah 7 Contoh Pengemis Nggilani Yang Banyak Bergentayangan di Facebook dan Internet". Nah, ini yang membuat Twitter lebih menyenangkan daripada Facebook dan blog.
  3. Tidak pernah ada perasaan malu atau tidak nyaman jika tweet kita di Twitter tidak dibalas (reply) follower karena di Twitter status lebih kepada pemberian informasi atau broadcast. Ini tentu berbeda dengan Facebook dan blog yang berharap ada respon atau feedback dari para pembaca.
  4. Twitter segmen pemakainya baru menyasar kepada kelas orang tertentu, belum kepada semua kalangan. Setidaknya ini di negara kita. Berbeda dengan Facebook yang menyentuh semua kalangan. Termasuk juga blog yang bisa diakses semua orang. Ini tentu saja lebih terfokus. Ini kelebihan yang pertama. Kelebihan Kedua, di Twitter kita bisa bebas memfollow siapapun sesuai interesting kita tanpa perlu ribet. Di Facebook tidak, harus melalui dinding approval orangnya, kecuali yang group atau fanpage yang bisa bebas.
  5. Twitter membuat orang seperti saya bebas mengeksplorasi apa saja yang ada di kepala saya tanpa Anda perasaan tidak enak dengan teman atau relasi yang sudah terkoneksi dengan saya di Facebook. Mungkin ini alasan personal saja buat saya, karena faktanya teman kantor saya sedikit yang ngetweet dan lebih banyak yang main di Facebook apalagi ngeblog jadi ini membuat saya bebas.
  6. Di Twitter pencarian informasi sangat mudah dan cepat. Anda bisa mencari berdasarkan hastag atau ketik kata kunci lewat kotak pencarian di Twitter. Dan karena mayoritas tweet orang bersifat terbuka jadi hampir setiap topik bisa disearching di Twitter mirip dengan pencarian informasi lewat search engine dan bisa update secara realtime tiap detik dan menit terus bertambah kalau yang kita searching adalah topik hangat. Dan kelebihannya yang lain, lebih natural dan dari usernya langsung. Coba bandingkan dengan pencarian informasi yang didapat di blog, seringkali penuh rekayasa dan jebakan SEO.
  7. Di Twitter kita jadi tahu topik apa yang lagi "in" atau hangat dan menjadi trending topic, dibicarakan banyak orang di seluruh dunia tanpa harus tersekat dengan menjadi teman lebih dulu atau tidak seperti halnya di Facebook yang sistem informasinya tertutup. Termasuk jika dibandingkan dengan penyajian informasi lewat blog yang cenderung telat bahasannya. Baca "Basi".

Tidak ada gading yang tak retak! Itu peribahasa yang mungkin bisa menggambarkan situasi ini. Meski di artikel ini saya banyak menyebut kelebihan Twitter tapi yang namanya kekurangan juga selalu ada. Salah satu kekurangan terbesar Twitter adalah adanya pembatasan update status hanya maksimal 140 karakter. Ini tentu saja membatasi kebebasan kita berekspresi dalam menyampaikan sebuah pemikiran yang biasanya harus disampaikan secara panjang, dengan kalimat runtut dan penuh data untuk membangun argumentasi. Sulit untuk membangun argumentasi yang bisa dicerna oleh semua orang hanya dengan karakter sebanyak itu.

Barangkali ada yang iseng bertanya: Aneh? Bukankah tulisan ini aneh memuji-muji kelebihan Twitter, merendahkan blog, salah satunya, tetapi mengapa saya justru menuliskan artikel ini di media blog? Kenapa tidak lewat “Kultwit” (kuliah twitter) saja? HaHaHa....Bukankah ini kontra produktif? Jawab saya "Tidak". Saya sampai saat ini masih menggunakan ketiga-tiganya, kok. Karena ketiganya menurut pendapat saya saling melengkapi kalau disinergikan. Kekurangan yang satu bisa ditutup dengan kelebihan yang lainnya. Dan begitupun sebaliknya.

Nah, kalau Anda sendiri bagaimana apakah masih menggunkan ketiga-tiganya dalam networking di internet?

Sumber Foto: Picture-5


Bookmark and Share

Kamis, 03 Februari 2011

Inilah 3 Siklus Blogger Berdasarkan Pola Membaca dan Menulisnya

Kuda Informasi
Pada saat kita sudah memegang gadget yang koneksi internetnya "always on", sebut saja seperti smartphone BlackBerry, iPhone, PDA dan komputer tablet seperti Galaxy Tab, iPad dsb, sadar atau tidak sebetulnya kita sudah seperti "Menunggang Kuda Informasi". Kita berada dalam keadaan berpacu dalam informasi. Kadang kita bisa mengejar informasi, tapi yang lebih sering malah kita lah yang benar-benar dikejar-kejar oleh informasi itu sendiri.

Bandingkan! Kalau dulu kita mengenal pullmail untuk menarik dan membaca email, baru tahu informasinya, maka kini eranya sudah berubah menjadi pushmail, informasi lah yang benar-benar menghampiri kita. Betul?

Sekedar cerita, saya pernah dihadapkan dalam situasi dimana begitu melimpahnya sebuah arus informasi dan saya sangat-sangat kewalahan menghadapinya. Mengapa? Karena saya tak punya waktu cukup sehingga tak sempat membaca informasinya walau sekedar baca sekilas saja.

Waktu itu sekitar mendekati pertengahan bulan Januari 2011 lalu, ketika lagi maraknya isu akan diblokirnya BB oleh pemerintah kalau RIM tidak segera melaksanakan tuntutan RI untuk memfilter content porno di BlackBerry. Dan Anda tahu, gempuran alert interupsi ke HP saya dari diskusi kawan-kawan milis Telematika begitu gencar hampir tiap menit selama 24 jam, selama seminggu lebih, memberi banyak informasi seputar fakta, data dan polemik tentang penutupan BlackBerry itu.

Dan, saya menjadi terengah-engah, ngos-ngosan mengikuti alur diskusinya. Ujung-ujungnya kegiatan menulis (blogging) saya pun ikut terganggu. Karena interupsi itu sepanjang waktu terjaga saya sudah mengganggu konsentrasi menulis saya sekaligus aktivitas kegiatan offline saya sehari-hari.

Contoh di atas hanya sebagai gambaran saja, dalam konteks blogging atau menulis pada umumnya, seharusnya siklusnya memang kembali berputar. Anda bukan sebagai pengkonsumsi informasi tapi sebaliknya sebagai content maker yang menjadi pencipta informasi itu sendiri yang ditujukan buat dikonsumsi untuk orang lain. Betul?

Kalaupun Anda tetap butuh informasi, itu pun yang benar-benar Anda butuhkan saja. Tidak ada semacam keserakahan dengan berusaha melahap semuanya. Mengapa? Karena jika Anda tetap memaksakan diri untuk mengambil semuanya bisa muntah dan ujungnya Anda tak akan dapat apa-apa karena informasi akan lewat begitu saja tanpa mengendap sedikitpun di otak Anda. Dan tentu dalam kondisi seperti ini akan membuat Anda sulit menulis.

Terkait kebiasaan membaca dan menyerap informasi ini saya sudah mengelompokkan ada 3 (tiga) fase blogger kalau saya lihat dari aspek ini. Maaf, fase ini hanya pengkotakan atau subyektif menurut pendapat saya pribadi. Anda boleh tak sependapat, pun tak perlu repot-repot harus pusing memikirkan Anda berada di fase mana. Yang jelas, saya berharap tulisan ini bisa buat refleksi untuk kita semua kira-kira kita sudah berada di fase yang mana sejauh ini.

Berikut adalah ketiga fasenya. Yaitu pertama Blogger Low Content Maker, Kedua Blogger Intermediate Content Maker dan ketiga Blogger Full Content Maker. Mari kita bahas satu persatu.

Blogger Low Content Maker

Pada fase ini sang narablog (blogger) aktivitasnya lebih didominasi banyak membaca dan menyerap informasi ketimbang menciptakan (make content) informasi itu sendiri. Porsinya membaca, blogwalking mendominasi lebih dari 50% seluruh aktivitas bloggingnya ketimbang aktivitas menulis dalam blog itu sendiri.

Blogger Intermediate Content Maker

Pada fase ini sang narablog aktivitasnya boleh saya sebut cukup berimbang antara aktivitas membaca dan menyerap informasi dengan kegiatan mencipta content (menulis) di blognya. Porsinya berjalan dalam angka relatif seimbang (50-50).

Blogger Full Content Maker

Terakhir, Blogger fase Full Content Maker. Blogger tipe ini kegiatan mencari dan membaca informasi sudah terbatas pada Membaca Sintopikal saja. Yaitu membaca untuk keperluan menulis saja. Dan dominasi menyerap informasinya lebih terfokus dan cenderung lebih rendah dari waktu membuat content di blog itu sendiri. Artinya, dalam fase ini sang narablog boleh dibilang sudah tidak perlu banyak blogwalking kesana-kemari hanya untuk mencari bacaan apalagi untuk tujuan trafik dan memburu komentar balik, tapi lebih fokus di blognya sendiri. Kalaupun masih blogwalking itu pun sekedar buat relationship atau pertemanan saja.

Nah, terakhir jika Anda tak keberatan untuk menjawab, boleh saya bertanya? Pertanyaan saya, kalau dilihat dari kacamata pengelompokan seperti di atas, Anda kira-kira lebih sering berada di fase blogger yang mana?

Sumber Foto: Horse


Bookmark and Share

Rabu, 02 Februari 2011

Twitter, Benarkah Sebuah Ancaman?

Ancaman TwitterAda tulisan menarik yang ditulis oleh Butet yang berjudul: "Jama’ah Al Twitteriyah" yang saya baca dari milis Telematika. Butet Kartaredjasa menulis tentang Twitter dan coba berimajinasi ke masa lampau bagaimana jadinya kalau Twitter misalnya sudah lahir di era Pangeran Diponegoro. Apa jadinya?

Apa jadinya lagi jika kelak manusia modern seperti sekarang ini yang sudah serba maya, tak bisa lagi dijamah kemanusiaannya karena mereka telah menjelma jadi kepingan angka dan huruf saja.

Itu pernyataan menarik yang telah dilontarkan oleh Butet dan menurut saya sangat dalam sekali maknanya karena membuat kita jadi merenung.

Dan kalau ini saya coba kaitkan dengan pernyataan kontroversial Menhan Purnomo Yusgiantoro beberapa waktu yang lalu yang mengatakan kalau Twitter adalah sebuah ancaman nonmiliter bagi sebuah negara maka tulisan Butet ini sangat relevan untuk menjawab fakta yang dikuatirkan Pak Menhan tersebut.

Namun, kalau saya boleh berpendapat ketakutan Pak Menteri di sisi lain juga terlalu berlebihan kalau menyikapi Twitter sebagai sebuah ancaman. Buktinya, tak semua gejolak sosial dan ketidakadilan yang ada di negeri ini sukses mencuat dan menuai dukungan massa dari Twitter atau social media.

Anda ingin contoh? Kasus Lapindo salah satunya. Kenyataannya dukungan social media tak sekencang dukungan terhadap kasus Prita Mulyasari meskipun faktanya bencana Lapindo lebih menyengsarakan banyak orang, termasuk saya (penulis) ketimbang kasus Prita yang menimpah hanya satu orang saja. Jadi kesimpulan saya tetap ada faktor lain yang menjadi pemicunya selain hanya sekedar mempermasalahkan Twitter saja.

Urusan blokir-memblokir internet memang menjadi isu sensitif, bahkan di negara Mesir sampai saat tulisan ini saya tulis masih berlangsung pemblokirannya sehingga otomatis akses ke internet, salah satunya ke situs social media seperti Twitter juga menemui kendala di sana.

Untungnya akhirnya Google Inc meluncurkan layanan khusus yang memungkinkan rakyat di Mesir mengirim pesan Twitter (tweets) mereka dengan menghubungi nomor telefon dan menyiarkannya lewat pesan suara. Lalu pesan suara tersebut secara otomatis diterjemahkan menjadi pesan yang dikirim di Twitter.

Berikut adalah kutipan selangkapnya tulisan dari Butet yang dimuat dalam majalah pesawat Garuda mengenai Twitter. Selamat Membaca.

Jama’ah Al Twitteriyah
Oleh: Butet Kartaredjasa

BAGAIMANA KALAU di zaman perang Diponegoro, 1825-1850, sudah ada Twitter? Pasti cerita sejarah akan beda! Itu memang pertanyaan iseng imajinasi kita bisa melayang ke mana-mana untuk menjawabnya. Jika memang era digital datang lebih awal, aneka kisah yang selama ini dikenal sebagai ikon historis akan berwarna lain. Tentu orang tidak akan menemukan gambaran heroik Sang Pangeran memacu kuda dengan menghunus keris seperti selalu digambarkan dalam lukisan dari patung perjuangan. Bisa jadi komunikasi Sang Pamngeran kepada para panglima perang di lapangan cukup dikendalikan lewat Twitter. Bahkan solidaritas sosial membarung kemarahan terhadap Kompeni Belanda kemungkinan tidak hanya membakar hati orang jawa, namun juga orang se-Nusantara akan ramai-ramai terprovokasi berjihad di tanah Jawa, sama persis dengan kekuatan daya hasut Facebook ketika membela Prita yang suatu kali berhasil memetot emosi manusia untuk menyokong perlawanannya terhadap rumah sakit yang berseteru dengannya.

Dan sebaliknya, Twitter juga bisa menuntungkan VOC. Kompeni Belanda tentu saja tak bakal kobol-kobol anggarannya melayani Perang Jawa. Menangkap Sang Pangeranpun tentu semudah pencet tombol karena posisi persembunyian segera diketahui satelit VOC. Dengan kekuatan budaya digital yang luar biasa itu, bagi kedua pihak, semuanya jadi mudah dilakukan. Serba Hemat.

Seru, kan? Apalagi kalau kemudian kita mengimajinasikan tentetan peristiwa demi peristiwa selanjutnya. Bisa jadi kita enggak bakalan mengenal teks Proklamasi tulisan tangan Bung Karno yang goresannya sangat karakteristik itu, karena jangan-jangan Bapak Bangsa itu akan menciptakan naskah Proklamasi tak lebih dari 140 karakter huruf.

AJAKAN BERFANTASI ini semakin menyadarkan, betapa kuat dan dahsyatnya media sosial itu berperan mengubah masyarakat. Revolusi teknologi digital itulah penyebabnya. Dengan mengimajinasikan peristiwa masa lalu, orang lalu membayangkan betapa masa depan akan semakin diwarnai perubahan yang serba muskil dan ganjil. Semua serba tak terduga. Kekuatan imajinasi sepertinya akan selalu terlambat membayangkan percepatan perubahan itu. Selagi orang ingin membayangkan, teknologi informasi berbasis digital memberikan jawaban selangkah lebih maju dari yang sekadar dibayangkan.

Kitapun tahu, temuan-temuan baru inovatif yang semula menunjukkan kecerdasan akal budi manusia, terkadang justru tanpa sengaja membunuh tradisi dan kebudayaan yang sebelumnya telah hidup mengakar. Bersamaan dengan dimudahkannya masyarakat dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan oleh teknologi informasi, masyarakat pelan-pelan akan kehilangan adat istiadat, tata krama, dan nilai-nilai lain yang sebelumnya mewarnai kehidupan kebudayaan.

Hari ini manusia Jawa masih selalu terlihat santun, kepala menunduk tatkala menghadap atasannya. Percayalah, tak sampai setengah abad lagi, adegan seperti itu mungkin hanya bisa dinikmati dalam diorama museum antropologi. Teknologi seluler menhancurkan batas-batas hubungan atasan bawahan, karena mereka lebih enjoy berkomunikasi melalui SMS. Tak ada lagi ketegangan garis komando antar jendral dengan kopral, antara sultan dengan abdi dalem, antara presiden dengan jubir. Bahkan saking egaliternya hubungan antar manusia, mereka bisa saling ledek melalui Twitter dan Facebook.

Sekarang gejala perubahan itu terlihat gamblang. Berbagi ilmu pengetahuan tak harus melalui celoteh dosen di depan ruang kelas. Kini banyak jama'ah Al Twitteriyah (maksudnya para pemilik akun Twitter) membagi kepandaian dan pengetahuannya melalui apa yang diistilahkan “kultwit” (kuliah twitter). Aneka isu mutakhir dan persoalan-persolaan kontemporer di bidang politik, filsafat, ekonomi, sosial dan budaya dikuliahkan secara nirbayar alias gratisan. Para follower bisa menyantap pengetahuan dimana saja. Sebuah tradisi pembelajaran yang berubah revolusioner. Selain dengan browsing serapan pengetahuan, bisa datang dari mana saja. Dari ruang kelas masuk ke ruang super privat.

Dengan kedahsyatan yang luar biasa ini, kitapun lalu bertanya, kelak masih adakah stamina orang melakukan kegiatan baca buku dengan intens? Masih tersediakah waktu untuk mendengarkan wejangan guru? Apakah nantinya orang masih bisa merasakan kehangatan persahabatan antar manusia. Saya justru khawatir kalau kelak manusia serba maya, tak bisa lagi dijamah kemanusiaannya karena mereka telah menjelma jadi kepingan angka dan huruf saja.

Sumber Foto: Twitter


Bookmark and Share