twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Selasa, 17 April 2012

Mental Judi Sangat Baik Buat Modal Berbisnis

Sedari kecil hingga umur setua ini, 39 tahun, saya tidak suka dengan namanya judi. Judi apapun. Mau judi kartu, dadu atau Taruhan Bola, semuanya saya tidak suka. Saya bilang tak suka, ya bukan bilang tidak pernah samasekali. Terdengar munafik kalau tidak pernah main judi. He2… Alasan tak sukanya kenapa? Selain karena di agama saya, Islam diajarkan kalau judi itu termasuk dosa besar dan termasuk perbuatan yang dilarang agama, juga karena saya tak punya mental penjudi sedari kecil. Saya kalau judi takut kalah. Saya selalu gelo, tak rela kalau kalah dan kehilangan uang saya sehingga tak pernah tertarik untuk berjudi.
Casino
Hem, sampai di sini mungkin Anda berpikir sikap saya tersebut Anda anggap baik. Benar? Terlepas dari konteks agama memandang itu baik, sikap saya yang menjauhi judi namun di sisi lain saya justru ingin mengatakan kepada Anda bahwa sikap saya tersebut malah tidak bagus buat perkembangan jiwa bisnis saya kelak saat saya tumbuh dewasa. Justru mental judi faktanya bertolak belakang 180 derajat, sangat baik buat perkembangan mental bisnis. Mengapa?Karena mental judi merupakan modal awal yang dibutuhkan dalam berbisnis.

Nah, lho kok bisa? Saya jawab bisa. Karena mental judi itu punya sisi positif yang baik. Baik dalam artian bukan perbuatan dosanya tapi mentalnya yang tak kenal pantang menyerah itulah yang sangat baik. Anda tahu mental para penjudi? Orang kalau sudah punya mental penjudi saat menang judi dia akan terus ketagihan ingin supaya menang lebih besar lagi. Kalau kalah sama, dia akan penasaran terus untuk membalas kekalahannya, tak mau berhenti apalagi menyerah. Itulah mental penjudi. Pantang menyerah dan tak pernah puas. Bukankah mental ini sangat baik buat modal berbisnis? Sebab dalam berbisnis juga hampir sama kayak berjudi. Ada untung-untungan dan dibutuhkan mental pantang menyerah. Kalau tak punya mental ini mungkin sekali menghadapi masalah atau kekalahan langsung keok terus kapok berbisnis.

Sekarang saya akan memberikan ilustrasi lain belajar naik sepeda. Saya akan cerita kisah seorang anak yang lagi belajar naik sepeda. Awal-awal belajar naik sepeda pasti dia takut-takut. Takut terjatuh, takut nabrak dsb. Suatu ketika anak yang belajar naik sepeda ini terjatuh dari sepeda sampai luka-luka dan kesakitan. Lalu setelahnya habis jatuh gimana? Semakin takut naik sepeda apa semakin berani naik sepeda?

Ada dua kemungkinan. Pertama langsung kapok tidak mau naik sepeda lagi. Kemungkinan kedua, justru semakin berani naik sepeda. Karena dia tahu rasanya jatuh dan menyadari apa kesalahannya yang menyebabkan dia jatuh sehingga dia menjadi lebih berani. Karena dia punya keyakinan asal kesalahan itu tidak terulang lagi maka dia tak mungkin terjatuh lagi.

Kesimpulannya, dalam berbisnis selain mental pantang menyerah dan tak pernah puas seperti mental penjudi, juga mental mau belajar dari kesalahan seperti naik sepeda sangat dibutuhkan. Kalau yang nyalinya kecil saat menghadapi kejatuhan mungkin lebih memilih jalan aman menyerah, lari tak mau berbisnis lagi. Tapi bagi yang mau belajar justru dari kesalahan tersebut memicunya untuk terus belajar supaya tidak terjatuh lagi. Kalau kita tidak pernah sakit dan jatuh maka kita tidak akan pernah belajar bagaimana caranya memperbaiki kesalahan dan belajar caranya bangkit kembali. Dalam bisnis jatuh bangun itu sudah biasa. Ingatlah waktu Anda jatuh sebagai sebuah pelajaran supaya Anda bisa belajar caranya bangkit. Kalau mulus-mulus saja tanpa hambatan dan sandungan bukan bisnis namanya.


Bookmark and Share

20 komentar:

  1. Kalau bagi saya, mental pejudi di sini artinya yaitu berani mengambil resiko rugi atau berani merugi. Kalau tak berani mengalami kerugian, gak usah berbisnis. Terlalu panjang atau terlalu lama bepikir (dalam berbisnis) kadang juga malah melewatkan kesempatan emas yang ada (yang mungkin saja hanya datang satu kali).

    BalasHapus
  2. gak berani berbisnis hayo kita nyari kerja lagi saja pakkkk... :D

    BalasHapus
  3. Karena saya nggak suka judi, berarti saya nggak pas kerja sebagai pebisnis

    BalasHapus
  4. Betul, mental penjudi dalam hal risk-taking boleh ditiru, tp kl dalam hal kecanduannya wah pusing tuh, biarpun dalam bisnis.
    Janganx2 dah rugi bolak balik masih kembali aja ke situ lagi... =P

    BalasHapus
  5. Secara agama jelas bahwa judi itu diharamkan.

    Saya akan bahas dari sisi logis perhitungan matematis. Dalam judi, posisi penjudi sangat tidak diuntungkan. Kemungkinan kalahnya sangat besar.

    Bandar akan mengambil berbagai cara untuk memperbesar kemungkinannya menang dan sebaliknya terhadap penjudi. Ketika penjudi bisa memperbesar kemungkinan menang, maka dia akan merubah peraturan permainan agar posisinya tetap di atas.

    Ini pernah terjadi ketika ada sekelompok mahasiswa yang menggunakan teknik menghitung kartu (card counting) dalam permainan blackjack. Film tentang ini juga ada.

    Mengaitkan judi dan bisnis rasanya tidak berhubungan pak karena faktanya beda. Dalam bisnis resiko untung rugi masih bisa diperhitungkan. Dalam judi, resiko rugi sangat besar sementara menang sangat kecil sekali.

    Just my 2 cents. Maklum bukan pebisnis. :)

    BalasHapus
  6. wah, saya pada waktu kecil suka berjudi, tetapi keberuntungan tidak pernah berpihak, banyak kalahnya, dari situ saya berhenti sampai sekarang.

    jadi sampai sekarang saya tidak bisa menjadi spekulatif, apa apa harus matang memperhitungkan, hehehe


    ini kurang bagus bagi banyak bisnis yang lebih banyak memerlukan insting ;)

    BalasHapus
  7. Iskandaria:
    Betul itu Mas Is. Umumnya orang yang tak mau berbisnis karena alasan itu, tak berani mengambil resiko. Para penjudi sebaliknya, terlalu berani mengambil resiko.

    Sriyono Suke:
    Lha ya, Mas. Jadi karyawan saja kalau gak berani ngambil resiko.

    Marsudiyanto:
    Makanya Pak Mars milih jadi guru aja, ya Pak? :)

    hotelmurah:
    Mental beraninya dalam judi yang patut ditiru tapi tak harus secara membabi-buta. Saat jatuh ya harus belajar. Jangan mengulang kesalahan yang sama.

    Jeprie:
    Saya hanya mengaitkan dari sisi berani mengambil resikonya dan sifat pantang menyerahnya aja, Mas Jeprie. Antara bisnis dan judi hampir sama dalam hal keberanian mengambil resikonya. Dalam bisnis resiko juga tak kalah besarnya dengan judi. Karena bisnis tak seperti belajar ilmu pasti yang serba matematis.Kadang main insting dan feeling, juga gambling dan sering mengalami trial dan error. Nah, yang mengejutkan adalah jika resiko itu justru datang dari pihak luar, bukan dari kita. Ini yang seringkali saya alami.

    Jarwadi:
    Sama seperti saya berarti Mas Jarwadi. Makanya untuk berbisnis saya masih butuh banyak belajar terlebih background saya dari dulu tak suka judi dan orang teknik yang pola pikirnya matematis.

    BalasHapus
  8. Modal dalam berbisnis dan judi yang paling besar tu modal nekat, dan tidak semua orang punya kenekatan yang besar untuk melakukan pertaruhan hidup.
    Hmm.. harus banyak belajar dari pera penjudi yang sukses

    BalasHapus
  9. GAMBARNYA KEREN,
    PASANG GAMBAR KEREN JUGA SEBUAH GAMBLING NARULIAH:)
    SIP SIP

    BalasHapus
  10. penjudi akan berhenti pak jika uang taruhannya habis.Pebisnis modal tak hanya uang saja, karena jika uangnya habis, dirinya masih bisa melakukan upaya lainnya.

    BalasHapus
  11. Itulah kehebatan penjudi dia selalu optimis walau kesempatan atau rasio menangnya sangat tipis. Bukan hanya judi saja tapi segala sesuatu memang perlu mental yang kuat kok Pak..
    Baru tahu kalo Pak Joko umurnya sepantar dengan saya, alias masih ABG hahaha... Salam

    BalasHapus
  12. belajar dari om-om ini mantap dah, ingin memulai sesuatu yang baru dengan banyak kebingungan2 :D hehe hatur nuwun sharenya...

    BalasHapus
  13. mental judi atau mental berjudi ?

    sepertinya saya sepakat dengan bapak Joko,mental judi,walau berulangkali jatuh bangun karena spekulasi yg saya buat,tapi tetap tidak menyurutkan niat,segala sesuatu ada resiko,...besar kecil resiko tergantung seberapa besar keinginan kuat kita untuk menang,semakin besar hasil yg ingin kita raih,semakin besar pula resiko yg akan kita terima...dan sebaliknya...

    pada dasarnya bisnis adalah gambling,judi,taruhan,karena banyak uang yg kita pertaruhkan di situ,bukan hanya uang,tenaga,pikiran,mental dst...semua kita pertaruhkan pada saat kita membangun line bisnis baru,...apakah ada yg bisa menjamin bisnis yg kita rintis akan berhasil ?

    faktor luck juga ikut bermain,sebanyak apapun uang yg kita punya,setinggi apapun ilmu yg kita kuasai,jika "awakke bosok,bukan jiwa pebisnis,pedagang" akan stagnan,tidak pailit saja sudah bagus...!

    nggak mau rugi ?..jangan bisnis,silahkan jadi pegawai,jangan jadi player,..zero risk dan akan berbanding lurus dengan hasil yg kita terima..alias gaji ikut UMR,..apa yg bisa kita perbuat dengan UMR?

    BalasHapus
  14. Jefry:
    Tidak semua orang. Betul, makanya komposisi pengusaha sangat kecil rationya.

    Hendrik Lim:
    Gambling buat menarik perhatian. Thanks Pak Hendrik sudah berkenan mampir.

    Hanif:
    Penjudi yang kelas berat tidak akan berhenti, Mas. Mungkin bisa dengan ngutang dan kedua bisa melakukan kekerasan seperti merampok atau jadi maling mencuri uang buat modal judi.

    Tonykoes:
    Optimisme yang seperti itu yang kita harus belajar, Mas. Betul? Dalam judi yang ratio menangnya tipis saja berani, masak dalam berbisnis tak berani.

    Eh, berarti masih sama-sama ABG-nya, nih Mas. :D

    Iphud:
    Tinggal tekatkan langkah, Mas. Isya Alloh tidak ada kebingungan lagi. Kebingungan terjadi biasanya karena terlalu banyak menimbang-nimbang. Betul?

    Wid:
    Kata yang tepat apa, ya? Mental Judi atau Mental Berjudi. Pokoknya begitulah. :D

    Kalau seperti Mas Widodo yang sudah terjun sebagai seorang pengusaha pasti sudah sangat paham dengan A-Z dalam bisnis karena sudah menjalaninya.

    Ya, saya juga sependapat. Kalau mentalnya masih begitu, tak berani ambil resiko, ya pilihan terbaik jadi pegawai saja yang zero risk.

    BalasHapus
  15. Kebanyakan, rata2 penjudi punya bisnis yang maju. tapi sayangnya bisnis juga dijadikan bagian judi, ngga heran kalau mereka tiba2 bangkrut. Yang perlu diambil mentalnya, bukan judi-nya,... Bener kan mas :D

    BalasHapus
  16. Di dunia ini ada penjudi-penjudi kawakan yang sudah berjudi bertahun-tahun. Pernah kehilangan milyaran, tetapi mereka tetap berjudi. Menurut saya, mereka nggak takut merugi karena mereka tahu strateginya untuk menang. Kadang-kadang, "kalah" itu hanya salah satu strategi mereka untuk menjatuhkan saingan lho.

    Saya setuju, mental judi itu perlu ditiru. Jangan mudah menyerah. Setiap peristiwa kalah adalah kesempatan untuk belajar supaya besok bisa lebih baik lagi. Kalau dalam hidup ini kita menang terus, kita nggak akan pernah maju-maju :)

    BalasHapus
  17. bagus deh klo tidak suka judi hanya menyesatkan.

    BalasHapus
  18. judi banyak dampak negatifnya,mari jangan berjudi.

    BalasHapus
  19. Oiooo .... Ayo mainkan kartunya aja.... Nanti baru tau rasanya..

    BalasHapus