twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Minggu, 04 September 2011

Merayakan Lebaran Dari Masa ke Masa

Lebaran
Saat saya tulis post ini lebaran telah usai. Yang belum usai adalah sebagian dari mereka yang merayakan lebaran masih belum semuanya balik dari kota tempatnya mudik, tak terkecuali saya. Saat saya menulis tulisan ini saya masih mudik di Surabaya. Rencana baru hari Kamis, 7 September 2011 dengan pesawat Batavia pagi saya baru balik meninggalkan kota Surabaya menuju Jogja.

Lebaran, berdasarkan siklus yang saya alami dari masa ke masa bagaimana merayakan lebaran dan mudik setiap tahun, setidaknya saya sudah mengalami dua dari tiga masa siklus dalam memaknai lebaran. Saya tidak tahu apakah fase yang saya alami ini berlaku juga buat semua orang, termasuk Anda.

Baju baru, makanan enak dan angpaw

Masa pertama ini saya alami saat saya masih anak-anak hingga beranjak remaja. Momen lebaran selalu saya tunggu tiap tahun. Mengapa? Karena lebaran itu bagi saya selalu identik pasti saya akan dibelikan baju baru oleh orang tua saya. Lebaran identik juga dengan banyak makanan enak-enak terhidang di meja rumah saya, juga terima banyak angpaw dari sanak saudara saat bersilahturahim ke rumah mereka. Kegembiraan ini yang akan saya rayakan dan sambut gembira setiap tahun. Dan ini terus berulang setiap tahun hingga akan berakhir setelah saya beranjak dewasa.

Mudik dan reuni berkumpulnya keluarga besar

Masa kedua, setelah saya meninggalkan masa remaja dan mulai menikah dan jauh dari orang tua saya, maka momen lebaran adalah sesuatu yang saya tunggu juga. Bedanya saya tak menunggu baju baru, makanan enak dan angpaw, tapi lebaran adalah saat saya bisa mempertemukan istri, dan anak-anak saya dengan si Mbahnya, saudara dan keluarga saya lainnya.

Dan saya pun ikut menikmati lebaran dan mudik karena bisa ketemu dengan orang tua, mertua dan saudara-saudara yang saling berjauhan. Karena lebaran adalah momen pemersatu buat reuni keluarga. Ada kebahagiaan waktu bisa berkumpul. Kerinduan selama setahun terhapuskan disaat lebaran. Ini kebahagiaan yang saya tunggu setiap tahun.

Menjadi orang tua dan dikunjungi anak-anak dan cucu

Masa ketiga ini saya belum melewatinya. Menjadi orang tua dan dikunjungi anak-anak dan cucu-cucunya. Namun setidaknya saya bisa sedikit merasakannya karena bisa melihat itu pada orang tua saya saat menerima kunjungan kami saat mudik lebaran.

Karena kami terpisah jauh. Jarak geografis dan rutinitas sehari-hari cukup menyita waktu sehingga membuat kami tidak bisa sering-sering menjenguk orang tua. Dan saatnya nanti saya akan berada di masa ini. Menjadi orang tua dan dikunjungi anak-anak dan cucu saya di akhir masa hidup saya. Dengan catatan tentunya kalau Saya tak mati muda dan sempat menikmati masa tua.

****

Hem, suatu saat siklus di atas pasti akan berputar, bukan? Anda semakin menjadi tua dan renta, yang tiap tahun berharap dikunjungi dan bisa melihat anak dan cucu-cucu Anda. Setiap lebaran selalu berdoa buat kebahagiaan mereka. Berdoa dan selalu berharap semoga tahun ini bukan tahun terakhir melihat anak dan cucu-cucu Anda.

Dalam kesempatan ini tak lupa saya mengucapkan: Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Minal Aidzin Wal Faidzin. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Sumber Foto: Link Sukses


Bookmark and Share

11 komentar:

  1. Sejauh ini, saya baru sampai di fase kedua Pak. Maklum, saya belum menikah dan juga masih sangat muda..hehehe. Oya, mohon maaf ya Pak jika selama ini ada komentar saya yang kurang berkenan di hati. Maklum, kadang saya suka keras dalam mempertahankan pendapat :)

    BalasHapus
  2. Saya juga masih di fase kedua nih. Lebaran adalaah momen saya ketemu sepupu, dan ini besar maknanya buat saya karena saya sendiri cuma punya satu sodara kandung. Dengan ketemu sepupu saya nyadar kalo saya nggak terlalu kesepian :)

    BalasHapus
  3. Saya tidak tahu seberapa lama saya akan hidup, saya tidak akan meminta waktu yang lama, jika memang tidak diperuntukkan bagi saya.

    Selamat Idul Fitri Pak, mohon maaf lahir dan batin.

    BalasHapus
  4. honeylizious:
    Sama-sama, Hani. Mohon maaf lahir dan batin, ya. :)

    iskandaria:
    Sama-sama, Mas Is. Saya pun begitu kadangkala kalau komentar suka ngotot dalam beradu pendapat. Mohon maaf lahir dan batin, ya Mas.

    Vicky Laurentina:
    Mbak Vicky hanya dua bersaudara, ya? Ya, Mbak momen lebaran adalah yang paling ditunggu karena semua keluarga akan ngumpul.

    Cahya:
    Terima kasih, Mas Cahya. Sama-sama, mohon maaf lahir dan batin, ya kalau selama ini saya ada salah.

    BalasHapus
  5. Maap lahir batin, Pak! ^^

    Saya berharap hari lebaran dirayakan dengan biasa2 saja... tidak dengan baju baru, tidak dengan makanan yang berlimmpah, semua serba biasa2 saja...

    BalasHapus
  6. Saya selalu ingat masa-masa itu, ketika masih anak-anak, dan merasa sangat gembira saat mendapatkan angpau dari para famili. Rasanya, waktu itu, saya ingin lebaran terjadi seminggu sekali. Hehe...

    Sekarang, saat telah cukup dewasa, giliran saya yang membagikan angpau untuk anak-anak para famili. Dan saya berharap mereka gembira, sebesar kegembiraan saya dulu saat mengalaminya. Namun, kali ini, saya tidak berharap lebaran terjadi seminggu sekali. Soalnya bisa tekor. Hehe...

    Btw, mumpung ada post ini, mohon maaf lahir dan batin ya, Pak Joko, juga untuk para pembaca blog ini semuanya. Mohon dimaafkan kalau selama ini ada koment saya yang mungkin kurang berkenan.

    BalasHapus
  7. Asop:
    Iya, sama-sama, Mas Asop. Kalau yang sudah tua seperti saya ini betul, Mas sudah tidak mikirin baju baru lagi. Kecuali buat anak-anak ini yang tetap perlu. Betul?

    Hoeda Manis:
    Begitulah, Mas Hoeda. Saat kecil kita terima angpau. Setelah dewasa dan berpenghasilan giliran sebaliknya, bagi-bagi angpau. Itu juga yang saya lakukan tiap lebaran.

    Sama-sama, Mas Hoeda. Saya pun juga banyak salah.

    BalasHapus
  8. yup,
    setiap lebaran, saya mudik ke rumah mertua saya di salatiga, dan dari tahun ke tahun, waktu tempuh makin lama, karena macet yg makin mengekor.

    mungkin,tahun 2020, katakan, saat mudik tiba,ketika kita baru mau mengeluarkan kendaraaan dari rumah saja, sudah disambut macet, macet di jabotabek sudah mengekor sampai depan rumah ketika perjalanan akan dimulai.
    Bagaimana menurut Anda teman?

    BalasHapus
  9. Hendrik Lim, Jakarta:
    Penyebabnya jelas, Pak. Yang tak jelas solusinya dari pemerintah. Sudah tahu pertumbuhan kendaraan terus meningkat tiap tahun tapi tak diimbangi dengan perbaikan dan pelebaran prasarana jalannya sehingga makin macet.

    Selama itu tak dibenahi oleh pemerintah keadaan macet ini akan tambah parah, Pak.

    BalasHapus
  10. lebaran jaid kegiatan tahuanan yg paling asik,.
    apalagi sama keluarga tabah asik lagi

    BalasHapus