twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Sabtu, 30 Juni 2012

Mengapa Perusahaan Besar Sering Ganti Kepemilikan?

Buku BOM Business Owner Mentality
Saat ini banyak perusahaan besar di Indonesia yang mengalami pergantian kepemilikan. Anda tahu pergeseran atau ganti kepemilikan adalah salah satu tanda ketidaksanggupan industrial competitives di pasar. Pergeseran kepemilikan perseroan, seperti arus bawah yang deras, tidak kelihatan di atas permukaan, seolah-olah tidak ada pergerakan, tetapi di bagian dasar ada arus yang sangat deras.

Pergeseran kepemilikan dalam jumlah prosentase besar, umumnya merupakan salah satu indikator perseroan tidak sanggap bertahan melawan globalisasi dan akhirnya dijual kepada pihak lain. Persaingan bebas dalam konteks globalisasi itu seperti bertarung melawan cerita Spartan Goliath, Simson dan Hercules. Hasilnya? Competiveness kalah, akibatnya pemilik berganti. Peta berubah. Meskipun konsumen dipermukaan tidak merasakan perbedaan substantial.

Lihat tabel berikut ini. Ini adalah contoh nyata perusahaaan nasional yang telah saya sebutkan di muka tadi.



Data Kepemilikan Bank Nasional
Data Kemilikan Perusahaan Nasional
Dan survey perilaku kerja Organizational Behaviours menunjukkan Fakta keras seperti ini: 80 dari 100 yang pergi ketempat kerja merasa kerja adalah sebuah kewajiban alias beban. Mereka tidak merasa tertantang atau menggebu-gebu ketika hari beranjak. Dengan potret seperti itu, kalau Anda mengumpulan 100 perseroan yang sejenis dengan bidang dimana perseroan Anda beroperasi maka Anda akan mendapatkan gambar diagnistik sebagai berikut:

  1. 27 perseroan berdarah-darah dan akhirnya tidak sanggup bertahan, lalu mati tenggelam. Sebagian lagi di ambil alih dan berganti pemilik (ini fenomena yang sedang terjadi). Ada perseroan kakap, besar, sedang, kecil dan mikro menjadi penghuni kelompok ambruk ini. 
  2. 60 perseroan hanya bertahan hidup. Mati segan hidup tak mau. Sudah terlanjur Investasi. Mental operativenya: ‘Habis mau gimana lagi, sudah kadung terlanjur’. Perseroan Senin-Kamis. Tidak berkembang. Orang bekerja sekedar bertahan daripada nganggur. 
  3. 10 perseroan, menghasilkan hal hal yang baik. Bisa hidup dengan tenang, Pekerja mendapatkan hak- haknya. Status OK. 
  4. Hanya 3 perseroan yang para ‘jemaah’nya merasa bergairah, tertantang dan tahu apa yang mereka kerjakan. Dan perseroaan membukukan kemajuan yang pesat dan menjadi market leaders. Dan para pekerjanya mendapatkan reward benefit yang sangat menarik baik dari segi finansial, mental, kepuasaan kerja bahkan kebermaknaaan hidup.


Ternyata Kelompok terakhir (4) yang 3 besar itu, menjadi besar dan excellent, bukan karena lebih pintar, cerdas, kerja lebih keras atau lebih banyak capital. Tetapi mereka punya mentalitas dan mindset yang benar. Mereka punya sense of ownership dan accountability atas apa yang mereka kerjakan. Mereka menjadi pemilik dari apa yang mereka kerjakan.

Ironinya, hampir semua bisnis dan industri nasional di bangun dari perusahaan dan kultur keluarga –entreprenurship. Entreprenurship dikenal dengan kegigihan, kegesitan initiatif dan kejeliannya melihat peluang. Dan basic mentality entreprenurship memudar ketika perseroan membesar, struktur menggemuk dan rentang kendali memanjang. Perseroan menjadi gemuk dan susah bergerak. Ini seperti memutar ulang kegagalan dinosaurus.

Nah, kalau Anda adalah seorang owner/pemilik perseroan, pertanyaan saya apakah Anda ingin nasib perusahaan Anda sama seperti contoh-contoh perusahaan gagal di atas. Tentu tidak, bukan?

Dan kalau Anda adalah seorang profesional di level manegerial sebuah perusahaan, bukankah Anda pun tidak ingin perusahaan tempat Anda bernaung mencari periuk nasi mengalami nasib yang sama seperti perusahaan gagal di atas? Perusahaan dijual ke orang lain (asing) dan yang lebih parah colaps. Sekali lagi, tentu tidak, bukan?

Jangan sia-siakan jam waktu paling produktif Anda 08.00 - 17.00 tiap hari ditempat profesi tetapi tidak menghasilkan hal- hal spektakuler. Ubah corporate culture dan organizational behaviour kolektif perseoran Anda.

Bagaimana langkah praktis untuk mendesign dan mentransformasi suatu corporate culture yang hidup, menantang dan menggairahkan?

Seperti menjawab fakta di atas Hendrik Lim MBA meluncurkan sebuah buku terbarunya yang berusaha menjawab semua tantangan besar di era globalisasi tersebut. Anda tertarik dan ingin mengetahui lebih banyak tentang corporate culture mindset? Buku BOM- Business Owner Mentality jawabnya. Buku BOM ditulis untuk memperlengkapi kemampuan management leadership kaum professional dengan entreprenureal spirit, sehingga bisnis nasional bisa tetap punya kompetensi untuk bertahan dan menang dalam gempuran globalisasi pasar.

Dapatkan preview E-book GRATIS BOM dengan mendownload di www.defora.biz. Atau segera miliki buku ini ke toko buku Gramedia terdekat di kota Anda. Dan kalau itu belum cukup dan perusahaan Anda ingin mendapatkan pelatihan khusus silahkan contact langsung ke penulisnya Hendrik Lim MBA. Atau bisa hubungi saya (penulis) melalui link Contact blog ini, terima kasih.

Bookmark and Share

15 komentar:

  1. loh ujungnya promo ya mas ? hehe..
    baru tuh ternyata perusahaan gede2 itu disokong oleh para investor asing.. jadi pribumi cuma sebagai yang ngejalankan ya.. semoga kalau kita punya perusahaan kita bs jadi owner yang bertanggung jawab :D

    BalasHapus
  2. Terima kasih Bapak Joko atas reviewnya.

    BalasHapus
  3. berbagi Kata Kata Motivasi
    Doaku hari ini: Tuhan, tetapkan aku dalam keimanan yang kokoh, datangkanlah kebaikan dan jauhkanlah segala keburukan.
    semoga bermanfaat dapat di terima dan salam kenal ku tunggu kunjungan baliknya :D

    BalasHapus
  4. terakhir keluar dari ocbc nisp desember 2011, kepemilikan ocbc di nisp 84% pak, ayo inovasi...

    BalasHapus
  5. Lha,.. endingnya itu lho Mas :D
    tapi ya begitu,... perusahaan gede mana sih yang sahamnya ngga dipegang luar?

    BalasHapus
  6. Coba dijelaskan lebih sederhana lagi, Pak. Maksudnya kalo saya haus dan beli akua itu berarti saya memperkaya negara Perancis??

    Sebenarnya baca gini membuat saya sedih, Pak. Saya kan sekolah dan kerja magang di RSUD-nya Pemda Jawa Timur. Kerja keras saya selama ini hanya bikin saya makin pintar, tapi nggak memberi saya penghasilan karena memang saya tidak digaji. Bagaimana ya caranya supaya kerja keras ini bisa berkontribusi membuat saya lebih kaya, mental saya lebih baik, kerja lebih puas, dan hidup saya lebih bermakna seperti sifat pekerja perusahaan nomer empat?

    BalasHapus
  7. Vicky: Wah gimana ya caranya?

    BalasHapus
  8. Papap Arfa:
    Bukan promo, Mas tapi hanya menawarkan. :D Amin semoga, Mas kita bisa jadi owner yang baik.

    Hendrik Lim, MBA:
    Sama-sama Pak Hendrik. Terima kasih juga atas kiriman bukunya.

    Sriyono Semarang:
    Itu data tahun 2009. Berarti sekarang sudah makin naik, ya Mas prosentase kepemilikan OCBC. Wah!

    Kaget:
    Iya, Mas lama-lama seperti kata Amin Rais kalau semua perusahaan dibeli asing kita jadi negara kuli, Mas. Menyedihkan.

    Vicky Laurentina:
    Secara tidak langsung iya karena AQUA milik asing (Perancis). Ilustrasi sederhananya sama aja kalau dibalik begini. Contoh misalnya Mbak Vicky buka usaha restoran di Perancis. Tentu saja profit keuntungan dari usaha restoran tersebut pasti Mbak Vicky bawa ke Indonesia, kan?

    Menjadi dokter adalah sebuah pilihan yang mulia Mbak Vicky. Dengan bisa mengabdikan diri untuk membantu sesama bukankah ini juga bisa membuat hidup jauh lebih bermakna? Jauh melibihi contoh orang di perusahaan kelompok 4 tadi.

    Antyo:
    Wah, ada Paman Tyo mampir rupanya. Terima kasih Paman atas kunjungannya.

    BalasHapus
  9. Wow... baru tahu saya bro kalau ternyata perusahaan-perusahaan besar diatas sudah menjadi milik "asing"....,, apalagi dengan perusahaan telekomunikasi... Takutnya nanti informasi kita "bobol" karena sudah menjadi milik asing

    BalasHapus
  10. rasanya ada yang kurang bila saya tidak membaca sendiri, hehehe

    kayaknya harus segera ambil ke gramedia :)

    BalasHapus
  11. bukunya masuk target belanja setelah lebaran nih ...

    BalasHapus
  12. Lagi-lagi masalah mental. ayo para pengusaha muda saatnya kita mulai berjuang mengambil alih perusahaan asing. SEMANGAT!!!

    BalasHapus