twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Rabu, 13 Oktober 2010

Benarkah Berbahasa Indonesia Dengan Baik Dan Benar Itu Hanya Untuk Orang Asing?

Kamus Besar Bahasa IndonesiaBerbahasa Indonesia dengan baik dan benar itu hanya untuk orang asing, bukan untuk orang Indonesia tulen. Pernah dengar ungkapan ini? Atau jangan-jangan Anda termasuk yang demikian? Orang Indonesia yang lebih suka bertutur dan menulis dalam bahasa asing ketimbang berbahasa Indonesia seperti keengganan para generasi muda sekarang ini yang tak suka menggunakan bahasa ibu mereka dalam bahasa sehari-harinya. Baca tulisan saya sebelumnya "Bahasa Ibu, Anak Tiri Yang Kini Benar-benar Dianaktirikan".

Terkait kebiasaan berbahasa ini, saya jadi ingat dengan salah satu direktur di perusahaan saya dalam suatu kesempatan raker nasional di perusahaan kami. Direktur tersebut menyampaikan kesulitannya presentasi dalam bahasa Indonesia. Kesulitan mencari idiom-idiom kata yang pas dalam bahasa Indonesia untuk menerjemahkan kata-kata tertentu. Maklum mayoritas direktur bahkan CEO di perusahaan kami memang adalah bule. Sehari-harinya di lingkungan kerja sudah terbiasa ngomong, rapat dan presentasi dalam bahasa Inggris jadi bahasa Indonesianya akhirnya menjadi sedikit kaku, kurang luwes karena kurang digunakan.

Cerita tentang direktur itu mungkin masih bisa kita maklumi karena lingkungan yang mengkondisikannya harus seperti itu. Tapi bagaimana dengan fenomena 5 tahun terakhir ini? Sejak maraknya situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Friendster, my space dan maraknya blogging di tanah air kita, banyak orang bertutur, update status dan menulis posting blog dengan bahasa Indonesia yang jauh dari aturan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), yang tentu saja karena tak baku hanya bisa dipahami oleh kelompok tertentu saja.

Contoh yang paling memprihatinkan, saya pernah menjumpai blog berbahasa Indonesia, ditulis oleh blogger Indonesia, segmentasi pengunjungnya juga untuk orang Indonesia tapi artikelnya banyak diselipi dengan idiom atau istilah-istilah asing hampir menyebar di sepanjang artikelnya. Dan celakanya, standar penulisannya tidak mengacu seperti standar penulisan baku umumnya karena tanpa disertakan padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Kesan saya pada saat pertama kali berkunjung ke blog itu: Wah, hebat bloggernya pasti sangat mahir berbahasa asing kalau melihat dari cara dia menulisnya.

Pertanyaan saya: Bagaimana dengan pengunjung blognya yang mayoritas orang Indonesia? Apakah yakin semuanya bisa menangkap isi dari pesan yang ditulisnya? Saya yakin pengunjung blog tidak semuanya mahir berbahasa asing. Meskipun sudah ada beberapa fasilitas penerjemah online di internet tapi hasil terjemahannya rata-rata masih banyak yang kacau, kurang pas. Kalau tujuan nulis memang untuk menyampaikan pesan mengapa mesti dibuat sulit? Bukankah esensi menulis adalah menyampaikan pesan penulis kepada pembaca?

Saya bukan penutur bahasa Indonesia yang baik. Tapi lewat tulisan ini tentu tak ada salahnya, kan kalau saya ingin mengajak Anda. Mari kita gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Tak perlu lah nggaya dengan nulis status di Facebook dan Twitter serta nulis artikel posting blog dengan bergaya sok keinggris-inggrisan yang hanya karena alasan agar Anda biar disebut intelek. Kecuali, kalau komunitas pertemanan di sosial media dan pengunjung blog Anda adalah seluruh dunia, maka silahkan Anda gunakan bahasa Inggris. Dan khusus yang blog jika Anda memang mahir berhasa asing mengapa tidak membuat blog dwi bahasa sekaligus seperti kebanyakan website korporasi dewasa ini? Saya rasa itu lebih baik.

Sumber Foto: KBBI IV



Bookmark and Share

6 komentar:

  1. Saya sudah lama membuat blog bahasa Inggris, walaupun tidak sempat di-update.

    Dalam beberapa kasus, saya rasa bahasa Indonesia malah terlalu angkuh dengan menolak istilah-istilah yang sebetulnya sudah sangat umum di masyarakat. Misalnya terjemah internet ke daring (dalam jaring), mouse dengan tetikus. Saya sendiri di buku Photoshop, sengaja tidak menggunakan terjemahan itu. Editor juga tidak mempermasalahkan.

    BalasHapus
  2. Jeprie:
    Pada contoh kata-kata serapan tertentu memang masih lebih populer kata serapannya daripada kata asli dari bahasa Indonesia sendiri. Mungkin karena kata padanan Indonesianya yang jarang diucapkan sehingga malah terdengar asing.

    BalasHapus
  3. Sebetulnya bahasa Indonesia juga banyak bahasa asingnya ya Pak, bukan hanya Inggris. Tantangan bagi penyusun kurikulum dan guru, membuat pelajaran bahasa Indonesia di sekolah semenarik mungkin. Tantangan bagi penyusun kamus, menambahkan entri baru dari kata serapan yang berkembang begitu cepat dan begitu banyak.. :)

    BalasHapus
  4. mpokb:
    Benar, dalam istilah-istilah, contoh teknik dan hukum, bahasa Indonesia banyak menyerap juga kata-kata dari bahasa Belanda. Ya, semestinya ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Jangan sampai terjadi kita sangat mahir berbahasa asing tapi tak cukup fasih untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Karena gejalanya saat ini sudah mengarah kesana.

    BalasHapus
  5. hhaahahha.. nggak usah jauh2 anak2 sekarang lebih suka memakai kata lebay dari pada berlebihan,,,

    memprihatinkan (termasuk saya mungkin ya..) hahahhaah

    Terima kasih mas artikel mas joko selalu menjadi pengingat, ...

    BalasHapus
  6. MisterXWebz:
    Ha.... Ha... lebay dan alay. Sama-sama, Mister. Kapan, nih kira-kira balik ngeblognya. Saya tunggu, Mister.

    BalasHapus