twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Jumat, 08 April 2011

Inilah 3 Alasan Mengapa Merchant Menolak Pembayaran Kartu Kredit

Kartu KreditSampai saat ini saya lihat tidak sedikit orang yang masih enggan menggunakan kartu kredit. Mengapa? Adanya pemberitaan-pemberitaan minus seputar kerugian kalau kita menggunakan kartu kredit telah banyak membuat orang menganggap kalau menggunakan kartu kredit itu lebih banyak efek mudaratnya ketimbang asas manfaatnya.

Benarkah? Saya tak akan membahas sisi polemik itu dalam tulisan saya kali ini. Jika Anda mau membaca tulisan saya sebelumnya yang mengulas masalah ini, silahkan baca artikel terkait tentang Kartu Kredit di bawah artikel ini.

Nah, itu kalau di sisi pengguna. Bagaimana kalau di sisi merchant atau tokonya yang menerima pembayaran itu sendiri? Sama, di sisi merchant tak sedikit juga beberapa toko yang tidak mau atau belum bisa terima pembayaran dengan menggunakan kartu kredit dengan berbagai macam alasan.

Kalau di sisi pengguna (konsumen) kebanyakan tidak mau menggunakan kartu kredit karena alasan takut terbebani bunga berbunga atau terjerat hutang, tetapi di sisi merchant lain lagi alasannya.

Anda ingin tahu alasannya mengapa beberapa merchant ada yang masih menolak pembayaran menggunakan kartu kredit? Berikut adalah alasan-alasannya:

1. Takut scam

Beberapa merchant online di negara kita saya lihat masih banyak yang menolak untuk menerima payment (pembayaran) kartu kredit. Alasannya tentu bisa ditebak. Salah satunya tentu karena takut scam (penipuan). Contoh merchant besar sekelas Bhinneka com saya lihat belum bisa menerima pembayaran dengan kartu kredit secara online (baru offline khusus Jakarta). Dan kalau contoh yang lain, perusahaan web hosting seperti Rumah web dan Pojok Web juga belum bisa menerima pembayaran dengan kartu kredit.

Contoh lainnya yang menurut saya menarik karena setengah-setengah. Yaitu para maskapai penerbangan di negara kita juga sama, rata-rata memberlakukan mau menerima pembayaran dengan kartu kredit dengan catatan asal yang terbang adalah pemegang kartu kreditnya, bukan orang lain. Jika tidak, maka pasti ditolak nanti pas akan melakukan check-in atau boarding di bandara.

Ya, pembayaran dengan kartu kredit memang rawan penipuan (carding), terutama di negara kita yang katanya tingkat penipuan carding menggunakan kartu kredit katanya masih tergolong tinggi sehingga jangan heran kalau sampai sekarang beberapa merchant online dari luar negeri masih ada yang menolak pembayaran card dari orang Indonesia.

2. Tidak mau dibayar secara kredit

Namanya saja sudah kartu kredit jadi sudah pasti bayarnya juga kredit. Sebuah merchant kecil tentu tidak selamanya punya modal besar sehingga adanya pembayaran mundur sampai sebulan pasti cukup membebani cash flow merchant tersebut. Makanya beberapa toko merchant kecil rata-rata menolak atau tidak menerima pembayaran dengan kartu kredit.

Disamping alasan tersebut, mayoritas bank tidak mau investasi mesin EDC (electronic data card) sebagai alat pembayaran di tempat merchant yang omzetnya masih kecil. Karena investasi dari mesin EDC tidak murah.

3. Merchant terbebani biaya charge rate bank

Kalau Anda pernah belanja di sebuah showroom atau tenant kecil di mal dan membayar dengan kartu kredit hampir bisa saya pastikan rata-rata mereka akan mengenakan charge pembayaran sebesar antara 2-3% terhadap transaksi Anda. Mengapa ini dilakukan oleh merchant? Karena merchant tidak mau rugi atau terbebani charge rate dari bank terhadap pembayaran card yang dilakukan oleh customernya, makanya dibebankan kepada Anda sebagai pembeli.

Anda perlu tahu setiap merchant yang menerima pembayaran dengan kartu kredit, merchant baru terima uang pembayarannya setelah bank penerbit kartu kredit customer melakukan tranfer pembayaran kepada merchant tersebut. Dan besarnya pembayaran oleh bank akan dilakukan pemotongan fee sebesar antara 1.5 - 3% per transaksi.

Contoh, misalnya Anda belanja baju di sebuah dept store A seharga Rp 100 ribu. Selanjutnya merchant (dept store A) akan dibayar oleh bank penerbit kartu kredit customer sebesar Rp 100 ribu dikurangi charge rate sebesar 1.5-3%. Saya ambil contoh misal terkena charge 3% berarti merchant hanya dapat pembayaran uang Rp 97 ribu dari bank. Sisanya Rp 3 ribu masuk ke bank sebagai feenya.

Bukankah itu nilai yang cukup lumayan kalau transaksinya banyak. Bayangkan, sebagai contoh sebuah dept store saja dalam satu bulan ada yang terkena pemotongan charge rate bank itu sampai sebesar Rp 30 juta. Bukankah itu nilai yang cukup besar? Makanya merchant kecil tak mau terbebani biaya ini.

Demikian sedikit paparan saya mengenai kartu kredit. Semoga pengetahuan ini bermanfaat buat Anda, terutama bagi yang mau berjualan secara offline, maupun online dan berencana menerima pembayaran kartu kredit sebagai alat pembayarannya.

Sumber Foto: Ecommerce Payment


Bookmark and Share

16 komentar:

  1. Pokoknya saya sementara ini cukup dengan kartu debit saja :).

    BalasHapus
  2. Cahya:
    Memang kesannya artikel ini saya terus mengajak untuk pakai kartu kredit, ya Mas Cahya? Saya bukan agen kartu kredit, lho ya. HeHeHe.

    BalasHapus
  3. saya beberapa kali di tawarin untuk kartu kredit. tapi belum ada keinginan punya :D

    mungkin nanti saja

    BalasHapus
  4. Sekarang bisa ditambah lagi. Kasihan jangan sampai pelanggan setianya dihajar sama debt collector.

    BalasHapus
  5. Andi Sakab:
    Mas Andi adalah blogger kesekian yang bilang ke saya dan mengaku belum punya dan tak tertarik memiliki kartu kredit. HeHe.

    Kalau untuk transaksi online selama ini pakai apa, Mas Andi? Kartu debit, ya? :)

    Jeprie:
    HaHaHa. Jangan sampai, deh saya sampai digebukin oleh debt collector gara-gara hutang pada kartu kredit.

    BalasHapus
  6. Bagi merchant, margin boleh kurang tapi yang penting stok terjual :D

    BalasHapus
  7. kartu kredit di perlukan untuk bayar iklan google adsense, memiliki kartu kredit, sama seperti berhutang, kalau kita bisa menggunakan hutang tersebut sebagai modal bisnis yang menghasilkan lebih tinggi dari bunga hutang tersebut boleh lah kita berhutang,

    BalasHapus
  8. Antyo:
    Kalau merchant besar pola pikirnya akan seperti itu, Paman. Yang penting terjual karena margin bisa ditutupi oleh omzet tinggi. Betul! Saya ambil contoh di toko saya, adanya banyak uang penjualan berupa uang cash sebetulnya itu juga sebuah beban di satu sisi. Butuh tenaga banyak untuk menghitung uangnya, pick up ke bank dan resikonya juga gede.

    hendra comunity:
    Maksudnya untuk pasang Google Adword, Mas? Ya, seharusnya pola pikir orang yang pegang kartu kredit seperti itu. Putar dananya untuk berbisnis, atau buat ngatur cash flow keuangan kita, bukan untuk belanja barang konsumtif.

    BalasHapus
  9. Nah, kalo point terakhir itu lebih masuk akal. Mana ada merchant yang mau rugi, apalagi dikanakan charges oleh Bank!

    BalasHapus
  10. Kaget;
    Kalau merchant kecil memang beban charge rate bank itu terasa membebani margin, Mas. Kecuali kalau sudah merchant gede.

    BalasHapus
  11. mas, , ,galeri parfum temen saya juga ada mesin CCnya, , ,ujung2nya malah usaha gestun alias gesek tunai. . .parfumnya malah melorot hehehehe

    BalasHapus
  12. lucky:
    Usaha gestun memang banyak dilakukan oleh bebarapa merchant. Biasanya toko emas dan elektronik yang banyak melakukan praktek ini. Ini bisnis menggiurkan buat merchant tapi merugikan dan dibenci oleh bank pemilik EDC-nya. :)

    BalasHapus
  13. Pihak merchant harus teliti juga mengenakan beban kepada pembeli agar tidak rugi. Misal kasus di atas: pelanggan membayar baju Rp. 100.000 dengan CC, merchant ingin biaya 3% ditanggung oleh pelanggan, maka merchant menekan angka 103.000 di mesin EDC, bisa jadi pihak merchant masih rugi. Coba hitung 3% dari 103.000 brapa? 3090 bukan? pihak merchant hanya menerima 99.910 karena 3090-nya masuk bank, masih rugi 90 rupiah.

    BalasHapus
  14. Mas, saya mau tanya, kenapa banyak merchant - merchant kecil elktronik pada ngga mau terima cc mega yah?? knp tuh ya mas??

    BalasHapus
  15. Kalau menurut saya masalah beban dari pemakaian CC bagi merchant dari bank bisa diatasi dengan margin yang ditingkatkan dalam sebuah produk/service yang dijual, pastinya hitungannya berbeda-beda tiap perusahaan asal tetap masuk dengan modal dan masih ada margin, tapi perjanjian antara perusahaan dengan bank penyedia mesin EDC mengenai beban berapa persennya juga bisa dibicarakan...kalau yang masalah scam tadi yang mungkin agak sulit diatasi :)

    Pake kartu kredit buat usaha juga ide yang bagus, saya juga tertarik,toh sekarang banyak manfaat pake kartu kredit, seperti ngumpulin point sambil blnj kebutuhan atau buat usaha lagi,dan kadang ada cashback juga untuk transaksi pemakaian CC, intinya pintar2 saja membaca peluang dan mencari banyak info mengenai CC serta mulai belajar bisnis apapun,saat ini juga ada bank yg menerbikan CC tanpa iuran tahunan walaupun ada periodenya, so jangan takut untuk apply CC :)

    BalasHapus
  16. Kalau menurut saya masalah beban dari pemakaian CC bagi merchant dari bank bisa diatasi dengan margin yang ditingkatkan dalam sebuah produk/service yang dijual, pastinya hitungannya berbeda-beda tiap perusahaan asal tetap masuk dengan modal dan masih ada margin, tapi perjanjian antara perusahaan dengan bank penyedia mesin EDC mengenai beban berapa persennya juga bisa dibicarakan...kalau yang masalah scam tadi yang mungkin agak sulit diatasi :)

    Pake kartu kredit buat usaha juga ide yang bagus, saya juga tertarik,toh sekarang banyak manfaat pake kartu kredit, seperti ngumpulin point sambil blnj kebutuhan atau buat usaha lagi,dan kadang ada cashback juga untuk transaksi pemakaian CC, intinya pintar2 saja membaca peluang dan mencari banyak info mengenai CC serta mulai belajar bisnis apapun,saat ini juga ada bank yg menerbikan CC tanpa iuran tahunan walaupun ada periodenya, so jangan takut untuk apply CC :)

    BalasHapus