Ingin menciptakan polemik di dunia maya? Angkatlah tema yang berbau SARA. Kalau anda sebelumnya membaca tulisan saya yang berjudul 9 jangan yang harus dihindari di dunia blogging maka satu diantara 9 jangan ini adalah salah satunya “Jangan menulis berbau SARA.” Mengapa? Nah, berikut pengalaman saya menulis tentang topik yang sedikit menyinggung SARA ini. Silahkan baca dulu, bagi yang belum baca posting saya tentang kematian Noordin M Top. Klik disini sebelum anda melanjutkan membaca tulisan ini.
Saya menulis topik tersebut bukan bermaksud untuk memancing konflik atau mencari popularitas di dunia maya tapi sebenarnya motivasi saya menulis topik itu adalah karena ada beberapa alasan yang mendasarinya. Berikut diantaranya alasan- alasan saya:
Topik Hot News
Karena topik kematian Noordin M Top memang lagi hot news saat itu sehingga sangat menarik untuk saya ulas di blog ini. Kalau boleh saya bilang hampir tidak ada satupun media lokal yang tidak memberitakan tentang kematian Noordin M Top, termasuk di dunia blogging hampir semua kawan blogger semua memberitakan tewasnya Noordin M Top yang cukup mengejutkan tersebut di blognya.
Ada Hikmah dari kematian Noordin M Top
Kematian Noordin M Top pada H-3 menjelang lebaran bisa saya ambil hikmahnya bahwa saya harus bersyukur bisa menjumpai Idul Fitri tahun ini dan masih bisa meminta maaf dan saling memaafkan dengan kerabat dan teman-teman saya. Setidaknya lebih beruntung dari Noordin M Top yang tidak diberi kesempatan oleh Alloh untuk saling bermaaf-maafan di hari Idul fitri ini.
Membuat ucapan lebaran yang berbeda
Selama ini, setidaknya ini untuk pengalaman saya pribadi dari tahun ke tahun setiap menjumpai ucapan selamat Idul Fitri dari kerabat atau teman selalu saja tidak ada yang berbeda dari lebaran tahun sebelumnya, baik isi kata-katanya maupun formatnya. Selalu monoton, hampir sama kata-katanya, nyaris tidak ada yang berbeda satu sama yang lainnya. Sehingga karena saking banyaknya, maaf saya jadi lupa siapa saja yang sudah kirim ucapannya ke saya. Maka akhirnya saya membuat tulisan tersebut sebagai latar belakang ucapan lebaran saya agar kelihatan sedikit berbeda dari yang lainnya. Harapan saya, sih simple agar ucapan dari saya lebih mengena dan bisa diingat semua teman-teman saya.
Kemudian tulisan saya tersebut saya kirimkan lewat email, milis disamping dimuat di blog ini tentunya. Hasilnya, sungguh diluar dugaan saya, terutama yang dari milis. Bahkan sampai dengan hari ini saat saya posting tulisan ini, tulisan saya tersebut masih terus direply kawan-kawan milis saya dengan interpretasi pendapat yang berbeda-beda, nyaris menimbulkan polemik tentang arti kata dan bagaimana menyikapi Teroris. Bahkan ucapan permohonan maaf saya agar menghentikan polemik tersebut ternyata tidak cukup ampuh untuk menghentikan perdebatan pendapat diantara kawan-kawan milis saya.
Berikut saya kutip reply sebagian kata-kata tanggapan email saya tersebut dari milis:
“Sudah pastilah orang melakukan sesuatu ada motifnya , ada alasannya. Semua orang juga tahu itu.
Banyak yang mempelajari latar belakang teroris walau tentunya tidak dapat dikupas semua. Tapi pelaku kriminal lainnya tidak mendapatkan perlakuan begitu istimewa seperti teroris. Apakah ada yang menganggap seorang pembunuh atau perampok adalah seorang pahlawan atau syuhada???
Seorang istri membunuh suaminya sendiri, adakah yang menyebutnya pahlawan? Padahal selama hidup sang suami sering menyiksa istrinya.
Seorang perampok tewas sewaktu menjalankan aksinya. Adakah yang menyebutnya pahlawan atau syuhada? Padahal dia melakukan itu untuk menafkahi keluarganya.
Terus terang saya tidak bisa menyikapi arti dari sebuah makna kematian. Kematian bagi saya hanyalah akhir. Akhir untuk berbuat sesuatu.
Komentar saya mengenai tulisan anda berikut: . . . kematian seseorang (entah yg kita cintai atau tidak) tidak akan membuat kita menjadi seseorang yg jahat (karena dendam) atau menjadi seseorang yg terpuruk (karena merasa kehilangan) ...
Semoga itu bukan asbun. Bila itu memang pengalamamn pribadi saya sangat kagum.”
Apakah mereka yang di cap Teroris itu memang benar2 melakukan kejahatan
TANPA ALASAN ??
Siapa yang pernah tau latar belakang mereka, apakah mereka punya orang2
tercinta yg "terasa" mati sia2 oleh jaman ini, oleh konflik kepentingan,
atau yg lainnya ??
Korban bisa siapa saja, dimana saja ... maut bisa menjemput kapan saja
dengan acara apa saja ...
Yang jelas, kematian gak akan bisa dicegah ... hanya cara kematian-nya saja
yg berbeda ...
Seandainya kita bisa menyikapi arti dari sebuah makna kematian ... maka
karena kematian seseorang (entah yg kita cintai atau tidak) tidak akan
membuat kita menjadi seseorang yg jahat (karena dendam) atau menjadi
seseorang yg terpuruk (karena merasa kehilangan) ...
Saya tidak membela alasan orang itu menjadi teroris ... saya bahkan tidak
setuju dengan tindakan terorisme apapun alasannya (bahkan jika itu soal
agama, karena setiap agama menganjurkan untuk menciptakan perdamaian, bukan
pembantaian atau perbersihan etnis) ... saya hanya ingin berbagi saja, bahwa
jangan karena "menganggap" kematian yg sia2 akibat terorisme ... akhirnya
kita menjadi orang2 yang "sangat" tidak bijaksana dalam menilai tindakan
seseorang ... :-)
Tidak ada kematian yg sia-sia ... karena setiap kematian akan menjadi sebuah
"pembelajaran" bagi mereka yang hidup (dan menyaksikan kematian) ... itulah
Rencana Tuhan ... :-)
“Sudah jelaslah mereka teroris. Atau kita dan orang2 tercinta jadi korban
dulu baru kita bisa sebut mereka teroris?! Kalau korban bom, orang2 yang
tidak kita kenal maka kita sebut mereka syuhada???”
“sekedar informasi saja,
saya sempat iseng bertanya kepada teman kerja saya mengenai siapa dan apa
sih perjuangan Noerdin M Top, kebetulan kawan saya ini penampilannya
berjenggot dan istrinya bercadar.
Ternyata memang berbeda, katanya "Noerdin M Top itu bagian dari aliran
KHAWARIJ" Nah dia memberi wacana dengan ngasih alamat situs ini www.merekaadalahteroris.com.”
“Kalau memang pejuang POSO kenapa tidak sembunyi di POSO yang tentunya akan
banyak yang bela dan bantu menyembunyikannya. Ini malah ngumpet di Solo.”
“Politik ....Siapapun punya HAK untuk Taubat ... karena tidak ada yang bisa mengetahui
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang ...
Mereka yang dianggap teroris sebagian besar adalah pejuang POSO ... so,
kita di jakarta yg leha2 gak pernah peduli dengan sesama muslim yang
dibantai kaum kafir di POSO ... tapi merekalah saksi matanya ... silahkan
anda bicara bagaimana jika anda melihat saudara sesama muslim dibantai
didepan mata anda, sedang pihak lain hanya DIAM melihat darah itu mengalir
... sementara MEDIA hanya berkata2 dengan satu alasan " Agar tidak terjadi
kekacauan " ...
Tinggal kita tanyakan lagi ke diri kita sendiri ... apakah kita masih punya
Nurani ... benarkah kita Muslim, atau hanya mengaku sebagai Muslim, yang
melaksanakan "budaya" puasa, lebaran, dll ... ??”
“yakin bisa taubat? mungkin karena ga mungkin bertaubat itulah
yang di atas langit mengizinkan dia tewas di pelor? bisa kan?”
“Pak Joko dan Kawan2 yth,
Mengapa Noordin bisa bertahan sembunyi begitu lama di Indonesia?
Banyak pertimbangan yg harus dilakukan, apakah dia ditangkap hidup2
atau mati. Kalau mau tetap hidup, biarkan dia dikepung selama 1-minggu, pasti ia
akan keluar rumah dengan sendirinya, untuk minta makan....
Kalau tetap hidup, ia bisa bernyanyi, dan taubat atas kesalahan2nya
selama ini.”
Akhirnya satu lagi hikmah yang bisa saya petik dengan pembelajaran ini adalah topik yang berbau SARA memang sangat ….. sangat terbukti rawan untuk diangkat, terlebih di internet yang audiennya sangat universal. Dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Sehingga sebaiknya dihindari agar kejadian yang menimpah saya ini tidak berulang lagi. Dan bagi kawan-kawan saya di milis yang kebetulan membaca posting ini, sekali lagi saya mohon maaf karena tulisan saya sudah memancing polemik atau perdebatan pendapat.
Rabu, 30 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar