Watt, yang ternyata sudah dipakai semua orang di seluruh dunia selama lebih dari seabad adalah satuan untuk daya, bukan satuan untuk energi. Tapi pertanyaan saya, mengapa untuk menghitung pemakaian energi listrik kita menggunakan satuan watt? Yaitu dengan mengalikan satuan daya (watt) dikalikan dengan satuan waktu (hour) lama peralatan beroperasi sehingga muncul satuan KWH (kilo watt hour).
Mengapa bukan satuan Joule, satuan untuk energi? Padahal Joule sudah diakui sebagai satuan standar untuk pengukuran energi dalam sistem metrik. Joule sudah luas dipakai di seluruh dunia dalam dunia kelistrikan, mungkin Anda belum pernah mendengarnya, karena selama ini Joule ditutupi oleh Watt. Demikian sebuah pernyataan yang pernah saya baca di sebuah website dan juga pernah ditulis dalam koran harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta tanggal 2 Oktober 2009 lalu.
Beberapa waktu yang lalu saya sudah pernah posting tentang watt ini dalam blog ini. Baca Satuan Watt Membohongi Publik. Dan berikut ini akan saya perjelas kembali tentang satuan watt tersebut sehubungan dengan adanya beberapa fakta pemahaman yang keliru mengenai satuan watt sebagai berikut:
1. Semua peralatan yang menggunakan listrik sebagai sumber dayanya selalu mencantumkan watt sebagai patokan konsumsi energinya. Sementara berbicara sumber daya listrik, orang di lapangan --termasuk orang-orang engineering di dalamnya-- banyak menyebutnya dalam satuan VA atau KVA, bukan watt. Sementara hanya sedikit orang awan yang mengerti bahwa satuan energi sebenarnya adalah Joule, bukan watt. Meskipun sebenarnya satuan watt sendiri bisa didefinisikan sebagai Joule per detik.
2. Orang sering menyebut salah sumber daya listrik rumah misalnya dengan satuan watt, padahal yang lebih tepat adalah VA, atau KVA untuk satuan yang lebih besar, baik sumber daya yang dihasilkan oleh sumber daya portable semacam generator set (genset) maupun sumber daya listrik dari PLN. Karena konversi VA menjadi Watt ada faktor Cos Phi yang menjadi variable pengalinya disana, sehingga 1 VA tidak sama atau ekivalen dengan 1 watt, tapi mendekati 1 watt karena bilangan Cos Phi tidak pernah muncul angka 1 tetapi 0,.. (nol koma sekian-sekian). Contoh sebuah rumah dengan sambungan R1 daya 450 VA tidak sama dengan 450 watt. dan secara praktek daya maksimum yang bisa dipakai rumah tersebut adalah sebesar 440 VA dengan catatan tegangan listrik atau voltase dari PLN tidak drop dari 220 V.
3. Satuan watt acapkali dianggap selalu punya konversi yang berbanding lurus dengan satuan daya atau tenaga lainnya seperti PK (power horse) misalnya, padahal adakalanya sebuah peralatan listrik dengan satuan PK yang sama tapi ada yang wattnya bisa lebih rendah. Contoh AC jenis inverter kapasitas ½ PK kalau menganut teori konversi 1 PK = 746 W seharusnya AC kapasitas ½ PK ekivalen dengan daya 350 watt tapi prakteknya AC jenis inverter ½ PK hanya mengkonsumsi daya (watt) lebih rendah, yaitu hanya 320 watt. Sebaliknya, ada AC merk Cina, maaf saya sebut saja merknya TCL. AC ini mematok konsumsi energinya sebesar 790 Watt untuk kapasitas AC-nya yang 1 PK.
4. Rata-rata orang awan menyakini bahwa semakin tinggi watt sebuah peralatan maka akan semakin boros konsumsi energi listriknya. Betul, tapi ternyata tidak selalu seperti itu. Contoh pada kulkas dengan kapasitas daya 70 watt ternyata kompresornya butuh bekerja sebanyak 3.000 detik per jam. Artinya, kompresor hanya bisa istirahat selama 600 detik per jam. Sementara kulkas dengan daya 100 watt kompresornya hanya butuh bekerja sebanyak 1.000 detik per jam. Artinya, kompresornya bisa beristirahat lebih lama selama 2.600 detik per jam. Nah, silahkan dihitung sendiri hasil perkaliannya kulkas 70 watt akan lebih tinggi, yaitu ketemu: 0.07 KW X 3000/3600 jam = 0.059 KWH per jamnya, sementara yang 100 watt kalau dihitung: 0.1 KW X 1000/3600 jam = 0.027 KWH per jam dalam mengahabiskan energi listriknya. Dari sini kesimpulannya tidak selalu peralatan yang wattnya tinggi selalu lebih boros energi dan kurang efisien dibanding yang wattnya lebih rendah tetapi terkadang malah sebaliknya.
5. Ada juga yang beranggapan sebuah bola lampu akan semakin terang jika wattnya semakin tinggi padahal ini anggapan yang tidak selalu benar karena prakteknya tidak selalu seperti itu. Yang benar adalah lampu dengan ratio lumen per wattnya lebih tinggi akan mempunyai daya pancar atau kekuatan cahaya (lux) lebih tinggi. Artinya, semakin tinggi rasionya berarti semakin terang dan efisien lampunya. Dan lampu seperti ini banyak ditemui dalam lampu hemat energi jenis PLS, PLC, TL dan Metal halide. Contoh, lampu pijar 25 watt secara konsumsi energi lebih tinggi dari lampu jenis PLC 11 watt, tapi secara kekuatan cahaya (lux) lampu pijar 25 watt lebih rendah dari lampu PLC 11 watt.
Kesimpulannya, mindset yang memandang watt saja sebagai satu-satunya alat ukur yang menentukan sebuah peralatan listrik itu dikatakan hemat atau tidak perlu dirubah dengan membuat ratio perbandingan dari output capacity dibanding input power consumption-nya. Semakin tinggi rasionya berarti sebuah peralatan akan semakin efisien dan hemat energinya.
Demikian kurang lebihnya beberapa pemahaman tentang satuan watt yang keliru di masyarakat awan. Semoga info ini bermanfaat, terima kasih.
Disclaimer: Untuk perbedaan cara pandang antara satuan Watt dan Joule sebagai alat ukur energi listrik sampai saat ini memang masih menuai perdebatan dan butuh pengkajian atau penelitian lebih lanjut. Mohon hal ini tidak diperdebatkan.
Rabu, 09 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Watt detik dan Joule adalah satuan yang sama. 1 watt detik = 1 Joule. Dalam peralatan elektronik, satuan watt digunakan untuk mengukur daya listrik yang DISEDOT oleh alat tsb, BUKAN OUTPUTNYA. Jadi lampu berdaya 100 watt tidak otomatis menghasilkan cahaya 100 watt, apalagi sesuai hukum termodinamika, tidak ada konversi energi yang efisiensinya 100%
BalasHapusBenar Watt dijadikan untuk ukuran berapa daya listrik yang disedot sebuah peralatan listrik. Kalau berbicara output kurang tepat kalau tetap pakai satuan Watt untuk mengukur outputnya. Kalau lampu, ya yang paling tepat pakai satuan Lumen untuk mengetahui besaran cahaya yang dihasilkan lampunya. Dan bisa diukur pakai Lux meter untuk mengetahui kekuatan cahayanya.
BalasHapusBerhubung Watt dan Joule adalah berbanding lurus maka semakin besar watt-ny semakin besar energi yang butuhkan. Betul?
BalasHapussupriman:
BalasHapusBetul, berbanding lurus.
tulisannya menarik sekali. sayaorang awam soal listrik jadi ada bayangan soal perhitungan dan memilih peralatan yang menggunakan listrik
BalasHapusSudah saya duga, kalau pakai alat dengan watt lebih besar belum tentu lebih boros.. Thank you Bro, salah satu blog Indonesia yng berkualitas. Terima kasih :)
BalasHapusmenarik:
BalasHapusTerima kasih. Senang mendengarnya kalau tulisan ini bisa memberi pengetahuan ke Anda.
Ted:
Ya, faktanya satuan Watt tak selalu berkorelasi positif dengan satuan lainnya. Jadi mesti cermat dalam melihat. Sama-sama.
wahhh......perlu memperdalam ilmu fisika nih, he.....
BalasHapusApa kepanjangan dari PLC (lampu)?
BalasHapusSaya sedang berpikir untuk membeli AC-Kulkas-TV untuk rumah baru saya, kebetulan sekali ada blog ini.
BalasHapusYang jadi pertanyaan, output yang digunakan untuk AC-Kulkas-TV itu apakah tertera dispesifikasinya dan apakah satuannya. Terus untuk Kulkas, bagaimana cara mengetahui berapa kali kompressor itu bekerja dalam 1 jam??
selama ini ,watt merupakan beban pemakainan yang akan di konsumsi oleh alat tersebut, baik itu AC-Kulkas-Tv-DLL. tujuannya ialah agar kebutuhan energi yg akan di sedot/dibebankan ke alat dapat di prediksi secara baik.
BalasHapusjadi saran saya , watt ialah adalah satuan turunan SI untuk daya Dia merupakan rating ("rate") dari joule per detik di mana energi diubah, digunakan atau habis.