twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Rabu, 03 Maret 2010

Value Added Service

value added serviceKalau kita berbicara sebuah pelayananan perusahaan jasa, yang namanya Value Added Service, atau nilai tambah sebuah pelayanan, sudah menjadi menu wajib untuk meningkatkan daya saing sebuah perusahaan terhadap para kompetitor lainnya, selain sebuah pelayanan atau customer service yang baik dan ramah tentunya. Saya ambil contoh misalnya memberikan minum, snack dan bacaan koran dan majalah ke customer saat menunggu di bengkel karena kendaraan Anda sedang diservice, menunggu antri di salon atau klinik kecantikan, menunggu layanan di sebuah rumah sakit, menunggu antrian di bank, menunggu layanan di sebuah kantor pelayanan publik, atau saat berbelanja ke sebuah toko show room atau butik misalnya.

Nah, untuk contoh yang terakhir, berbelanja di toko atau show room, saya ada pengalaman mendampingi Bos saya berbelanja batik di sebuah toko batik yang ada di kota Solo. Tepatnya hari Selasa (2/03/2010) kemarin siang sekitar pukul 13:00 Wib di sebuah hari yang amat terik saya bersama teman kantor dan Bos saya mencari baju batik di sebuah kampung sentra batik di daerah Kauman Solo.

Karena hari sangat panas cuacanya sebab kebetulan sudah beberapa hari ini kota Solo sama seperti Jogja tidak diguyur hujan maka sebuah tegukan air minum menyegarkan di siang hari akan sangat menyenangkan kalau diteguk saat panas terik begini, pikir saya saat mengamati sebuah minuman yang disediakan oleh toko batik yang saya kunjungi.

Dari sejumlah lima toko batik yang sudah kami masuki hampir semua tokonya menyediakan Value Added dengan memberikan suguhan air minum mineral buat customer tokonya.

Namun sayangnya, tak satu pun pramuniaga toko batiknya ada yang basa-basi mencoba nawarin saya dan rombongan untuk minum. Sebagai orang Jawa yang amat kental dengan budaya “Ewuh Pakewuh” (rasa sungkan, maksudnya) saya tidak mungkin langsung ujug-ujug ambil minum sendiri kalau tidak ditawari oleh pramuniaganya. Beda situasinya kalau di ruang tunggu rumah sakit, klinik kecantikan Natasha atau di Grapari Telkomsel misalnya karena disediain minuman botol di freezer atau di dispenser dan gelas maka begitu saya haus tanpa rasa sungkan langsung bisa ambil sendiri.

“Jangan-jangan minuman-minuman ini hanya sekedar pajangan doang,” batin saya.

“Kok, dari semua toko yang kami datangi tidak ada satu pun yang coba nawari minum. Atau jangan-jangan menunggu kami membeli dulu baru ditawari minum?” Tanya saya dalam hati.

Pada toko ke-5, yaitu toko terakhir yang saya kunjungi, setelah hampir satu jaman memilih-milih akhirnya Bos saya membeli batik di toko tersebut karena kebetulan salah satu motif kain batiknya cocok dengan selera yang diinginkan oleh Bos saya.

Dan apa yang saya batin tadi di muka ternyata jadi kenyataan. Saat Bos saya selesai membayar dan rombongan kami hendak keluar meninggalkan tokonya, pramuniaganya kemudian nawarin kami minum.

“Pak, monggo silahkan diminum dulu minumannya. Ini ada teh, jamu beras kencur, wedang kunir asem. Silahkan, Pak,” kata Pramuniaga tersebut mempersilahkan dengan ramah.

“Ah, lega rasanya. Kerongkongan saya tidak kering lagi.” Hati saya berteriak girang.

Saya tiba-tiba jadi teringat dan ingin membandingkannya dengan toko Joger di Bali yang punya motto “Beli tidak beli tetap thank you”. Dan kali ini tanpa ber-su’udon (berprasangka buruk) seharusnya juga berlaku sama, “Beli tidak beli tetap dapat minum” He…. He….

Itulah pengalaman saya berbelanja di toko batik kota Solo. Mudah- mudahan dugaan saya diatas tadi salah. Yaitu tokonya hanya nawarin minum buat customer yang beli aja, bukan buat semua pengunjung yang datang ke toko tersebut.




Bookmark and Share

3 komentar:

  1. ya ampyuuunnn masss...

    klo dah haus mas, lgsg embat aja kaliii... nggak usah tunggu ditawarin.. klo ternyata disuruh bayar, kan tinggal dibayar ajah.. hehehe

    tp emang iya looh..
    mestinya beli nggak beli ttp tenkyu..
    jangan krna nggak beli, malah dimaki-maki macam di pasar...
    hahahaha
    *pengalaman beli dipasar soalnya

    BalasHapus
  2. Kalau saya jadi Pak Joko dan benar-benar haus, saya akan tunjuk air mineral di meja display dan langsung bertanya, "Ini berapa harganya?"

    Pasti pramuniaganya yang malah sungkan.

    Saya lebih takut dehidrasi kdtimbang sebel karena merasa nggak ditawari minum.

    BalasHapus
  3. Lisha Boneth: Pinginnya juga gitu. Langsung ambil aja minumannya. Toh saya nggak mungkin diteriakin maling, kan. He...He...

    laurentina: Saya, kok nggak kepikiran sampai begitu ya, Mbak Vicky. Pasti Pramuniaganya akan malu kalau dibilang begitu.

    BalasHapus