twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Jumat, 07 Januari 2011

Inilah 3 Kerugian Kalau Anda Tidak Suka Menulis

Sekretaris

Kalau di artikel sebelumnya saya sempat menulis tentang 3 Keutungan Yang Akan Anda Dapatkan Dengan Menulis, maka kali ini saya ingin menulis sebaliknya. Yaitu apa, sih yang menjadi kerugian Anda kalau tidak suka menulis? Apa sebegitu penting keahlian tulis-menulis dibutuhkan di bidang pekerjaan Anda?

Saya harap Anda setuju dengan saya, bukankah hampir tidak ada satupun pekerjaan modern yang menuntut untuk berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain bisa dipisahkan dari unsur yang namanya tulis-menulis. Betul? Bukankah seringkali koordinasi dengan bawahan dan relasi Anda tidak selalu melalui komunikasi verbal secara langsung, tapi juga lewat tulisan, bukan?

Nah, saya akan berikan 3 saja contoh praktis di lapangan terkait kebergunaan keahlian menulis dalam dunia kerja offline. Saya akan paparkan terutama dari sisi apa, sih yang menjadi kerugiaannya kalau Anda tidak menyukai bidang tulis-menulis. Silahkan Anda simak baik-baik pemaparan saya berikut berdasarkan pengalaman pribadi saya serta pengamatan saya kepada rekan-rekan kerja di tempat pekerjaan saya.

1. Anda kesulitan menulis surat

Kalau Anda bekerja di sebuah perusahaan, terlebih Anda sudah duduk di level managerial rasanya hampir bisa saya pastikan sulit untuk bisa melepaskan diri dari yang namanya membuat surat, baik surat untuk korespondensi antara Anda dengan rekan-rekan kerja Anda, maupun surat-menyurat dengan relasi di luar perusahaan Anda. Betul?

Prakteknya, saya sering menemui orang yang sangat kesulitan untuk menulis surat ini walau itu hanya menulis tulisan selembar saja. Karena apa? Penyebabnya karena dia samasekali tidak suka dan terbiasa untuk menulis. Itu contoh yang pertama yang paling parah. Contoh yang kedua, saya juga beberapa kali menjumpai kawan saya yang butuh berjam-jam hanya untuk menulis surat atau email pendek saja.

Pertanyaan saya kepada Anda mengapa ada orang yang begitu kesulitan menulis surat? Jawabnya, yang menjadi penyebabnya sangat jelas karena orang tersebut pertama tidak pernah pacaran seperti di era jaman muda saya dulu yang masih suka pacaran pakai surat-suratan. He He He. Kedua, sudah jelas karena orangnya memang tak suka samasekali dengan kegiatan tulis menulis apalagi ngeblog sama seperti saya ini. Karena kalau orang sudah terbiasa menulis, menulis surat itu menjadi pekerjaan sepele yang sangat mudah. Ini kerugian yang pertama.

2. Bahasa Anda kurang logis dan sulit dicerna orang lain

Anda jangan berpikir dan selalu menyimpulkan kalau lulusan sarjana S1 dan level seorang manager selalu tulisannya lebih baik, tidak selalu. Yang seringkali terjadi justru sebaliknya. Saya banyak menjumpai rekan-rekan kerja saya yang notabene bukan orang biasa apalagi bodoh tapi tulisannya bertolak belakang, samasekali tidak mencerminkan kalau dia itu seorang intelektual apalagi level seorang manager sebuah perusahaan besar.

Mengapa saya berani mengatakan begitu, kalau kawan saya tersebut bahasa tulisannya tidak mencerminkan seorang intelektual dan seorang manager? Karena cara dia menulis sangat berbeda jauh dengan kepandaian bicaranya saat memimpin rapat. Cara menulisnya tidak logis, kalimatnya tidak runtut, berputar-putar sehingga sulit sekali untuk dicerna. Padahal, seandainya saja dia suka dan sering menulis saya jamin tulisannya tidak akan seperti itu. Berputar-putar tak karuan yang membuat orang bingung menangkap inti pesan yang disampaikannya.

Nah, kerugian kedua kalau Anda tidak suka menulis, tulisan Anda akan menjadi kurang logis dan sulit dicerna oleh orang lain karena tulisan yang baik hanya bisa didapat kalau Anda sering menulis. Anda jangan pernah berpikir hanya berbekal belajar teori tata bahasa saja Anda sudah pandai membuat tulisan yang baik? Tidak. teori saja tak cukup, Anda butuh sering praktek menulis.

3. Ketergantungan yang tinggi kepada orang lain

Anda pernah bepergian keluar negeri? Coba bayangkan misalnya Anda tidak menguasai bahasa penduduk setempat, terus penduduk di situ juga tidak menguasai bahasa Anda dan juga tidak menguasai Inggris. Bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan orang-orang tersebut? Pengalaman ini pernah saya alami saat berkunjung ke negeri gajah putih Thailand. Dan analogi ini sangat berhubungan dengan kondisi yang dialami oleh orang di perusahaan yang tidak suka menulis.

Pertanyaan saya bagaimana cara saya berkomunikasi dengan orang-orang Thailand tersebut? Tentu yang paling mudah adalah pakai jasa Tour Guide atau seorang penerjemah yang menjadi mediator saya dengan orang Thailand tersebut untuk berkomunikasi. Contoh ini persis seperti di pekerjaan pun begitu saya mempunyai contoh nyata, benar-benar nyata, kawan saya seorang manager yang kemana-mana selalu butuh sekretaris untuk sekedar memberikan instruksi singkat (memo) ke bawahan apalagi menulis dan membalas email. Orang ini kemana-mana sulit untuk dipisahkan dengan sekretarisnya. Mengapa? Karena memang dia tidak bisa dan terbisa menulis dan membuat tulisan yang kalimatnya baik dan enak dibaca oleh bawahannya.

Ini kerugian ketiga kalau Anda tidak suka menulis. Anda sangat tergantung dengan orang lain. Anda tidak mandiri.

Itulah setidaknya minimal 3 (tiga) hal kerugian yang akan Anda alami di bidang pekerjaan jika Anda tidak suka menulis. Bagaimana dengan Anda sendiri? Apakah Anda masih sering kesulitan untuk menulis?


Sumber Foto: Secretary


Bookmark and Share

30 komentar:

  1. izin pertamax ah. :D

    bener, mas. kalo engga latihan dari sekarang anti saat di suruh bikin surat cinta malah engga bisa :D padahal dulunya saya paling jago bikin surat cinta. :)

    terkadang kesulitan itu sebenarnya memang harus di lawan dengan faktor bisa karena terbiasa karena suatu saat ada saatnya memang kita harus bisa menulis. dan engga terpaku hanya kepada blogger ataupun penulis.

    mari budayakan tradisi baca dan tulis di negara kita :)

    BalasHapus
  2. Surat cinta. Hahaha, Pak Joko ini mengingatkan saya masa2 pacaran dulu *ehem* :D

    Ya, bener itu pak. Menulis itu kemampuan yang unik, karena kita menerjemahkan apa yang ingin diucapkan plus apa yang diinginkan otak dalam sebuah rentet tulisan. Tak mudah, juga tak sulit.

    Mungkin satu saja yang perlu ditekankan, yaitu imajinasi. Hmm, sepertinya kalau saya, otak kanan bekerja lebih keras ketimbang otak kiri. Apa itu salah ya? :)

    BalasHapus
  3. Kerugian ke empat! kerugian keempat....


    *angkat tangan tinggi2*

    kalo nggak bisa nulis apalagi ngeblog nggak akan pernah kenal sama saya...

    Karena di dunia maya kita mau nggak mau harus menjadi penulis

    saat punya facebook kegiatan kita memang menulis...

    mau chatting aja menulis

    nah bayangkan kalo nggak terbiasa menulis, kapan akan mengenal seorang hani yang manis begini...

    rugi banget kan?

    rugi!

    Rugi!

    BalasHapus
  4. wah saya kena efek rugi nih, saya paling gak suka ma nulis.

    pergi ke kantor aja gak pernah bawa bolpen.

    saya lebih suka ngetik

    :-D

    BalasHapus
  5. hehehe setuju pak sering menulis membuat kita pandai menulis dan mengintrepesentasikan tulisan kita pada orang lain dan ngeblog juga merupakan sarana untuk belajar tulis menulis :)

    BalasHapus
  6. Andi Sakab:
    Selamat, Mas Andi sudah jadi yang pertamax.

    Wah, sama dong saya juga dulu suka nulis surat cinta dan puisi untuk memikat hati pacar-pacar saya, Mas Andi. Ha Ha Ha.

    Mari terus menulis, Mas Andi!

    Darin:
    Lha, ya toh, Mas Darin pacaran kalau langsung tancap gas, tembak-tembakan kayak James Bond nggak pakai surat-suratan, kan kurang asyik. :D

    Orang yang dominan otak kanannya biasanya sangat kreatif tapi juga jangan lupa pakai otak tengah dan kiri untuk keseimbangan, Mas Darin.

    Rohani syawaliah:
    Aduh, betul sekali my honey. Hani maniis, deh. Saya akan nyesel seumur hidup kalau gara-gara gak suka nulis di blog jadi nggak bisa kenal sama penyiar Volare yang suaranya merdu ini. Ho Ho Ho. :))

    Willy Merdiansyah:
    Sama, Mas Willy bulpoin saya juga sangat awet tintanya karena jarang dipakai buat nulis. Lha, gimana ndak awet karena banyakan buat tanda tangan aja dan kalau nulis banyakan lewat keyboard. Ha Ha Ha.

    grandchief:
    Benar, Mas. Ngeblog adalah salah satu latihan menulis itu.

    BalasHapus
  7. menulis.
    hidup gak lepas dari tulisan.
    kalo gak suka menulis, gimana dong? hehe

    BalasHapus
  8. Setuju 100% Pak!

    Pada dasarnya, menulis secara intens akan melatih kemampuan kita dalam menyampaikan gagasan dalam bentuk bahasa tertulis.

    Kalau merasa berat untuk menulis model artikel blog atau posting, setidaknya kita bisa melatih lewat kebiasaan mengomentari tulisan yang ada di blog orang. Tentu saja tidak asal komentar atau cuma komentar kentut.

    Saya sendiri kalau lagi nggak punya ide tulisan lebih sering berkomentar di blog lain aja. Anggap saja saya menulis di blog tersebut. Itu saja sudah bisa menjaga dan mengasah kemampuan menulis saya, walau dalam wujud tulisan pendek berbentuk komentar.

    BalasHapus
  9. Oya Pak, saya merasakan betul manfaat kebiasaan suka menulis yang saya pupuk lewat blog maupun lewat sebuah situs dulunya.

    Saya jadi lebih mudah ketika ingin menguatarakan permasalahan blog pada penyedia hosting. Bahasa yang saya gunakan langsung bisa dimengerti, tanpa pihak hosting banyak bertanya atau merasa tidak jelas.

    Itu karena saya bisa menyampaikan gagasan secara tertata, logis, dan mudah dicerna.

    BalasHapus
  10. Danu Akbar:
    Ya harus diusahan untuk suka, Mas Danu. Karena ini sudah masalah tuntutan hidup. Sama seperti minum obat (jamu) juga pahit tapi kalau ingin sembuh dari sakit ya harus diminum. Bukan begitu, Mas?

    iskandaria:
    #Kalau saya punya pengalaman unik. Beberapa kali berkomentar di sebuah blog. Tak terasa setelah mikir dan ketak-ketik tulisan, komentar saya jadi panjang menjadi beberapa pragraf. Akhirnya, saya cancel komentarnya dan saya teruskan di blog saya jadi postingan. :) Terakhir terjadi di blognya Mas Andi Sakab.

    #Kita yang sudah keseringan menulis tanpa bisa kita pungkiri efek manfaat itu akan terjadi pada diri kita. Benar sekali, Mas Is. Saya juga merasakannya di pekerjaan offline saya. Tulis-tulis apapun, entah itu nulis surat, email atau laporan jadi mudah dan tak perlu mikir lama lagi kayak dulu waktu belum seintens sekarang nulis di blog.

    BalasHapus
  11. Saya masih kesulitan dalam menulis.

    Ada banyak faktor yang membuat menulis menjadi sulit, kurangnya referensi, masalah mood, faktor pribadi, dst.

    BalasHapus
  12. pintar bicara belum tentu pintar menulis...
    pintar menulis apakah pasti pinter bicara?
    belum bisa di bukti-kan...tapi setidaknya masih ada kolerasinya...bahwa menulis itu memang sulit,untuk sekedar menyampaikan sesuatu hal lewat tulisa di perlukan keahlian...
    jika dalam hal bicara perlu ada sesuatu penegasan terhadap pokok bahasan,naikkan intonasi bicara sedikit tinggi,sang pendengar pasti bisa menangkap maksudnya kalau hal ini adalah penting...

    tapi dalam menulis,tidak semudah itu,penegasan kalimat bisa di tafsirkan secara berbeda....
    saya terbiasa menambahkan tanda "!" untuk suatu kata yang sekiranya penting,tetapi terkadang bisa di tafsirkan sebagai kemarahan oleh pembaca....

    jadi intinya saya agak sepakat,bahwa keahlian menulis memang di perlukan dalam bidang apapun dan tak peduli bagi siapapun....suwun..!

    BalasHapus
  13. bagus nie artikelnya...betul2 setuju..menulis itu penting dan banyak manfaatnya....

    BalasHapus
  14. Jeprie:
    Mas Jeprie ini terlalu merendah kalau bilang masih kesulitan menulis. Meski hanya nulis tutorial tapi bagi saya tetap penulis juga namanya, yang artinya pasti punya kemampuan menulis lebih di atas rata-rata orang kebanyakan.

    widodo:
    Kepandaian berbicara dan menulis saya rasa seharusnya ya berkorelasi positif, Mas Widodo. Namun kebanyakan tetap ada satu sisi yang lebih menonjol dari sisi yang lainnya.

    Contoh, KH Zainudian MZ sangat pintar berbicara atau berpidato namun masih kurang pintar (saya tak menyebut buruk) dalam hal menulis. Tulisannya tak sebagus ceramahnya. Sebaliknya, Goenawan Mohammad adalah seorang penulis yang hebat. Tapi cara pidatonya katanya hanya datar-datar saja (biasa) tak sebagus tulisannya.

    Kalau pingin contoh yang benar-benar mahir kedua-duanya, tidak usah jauh-jauh mencari. Hani, teman bersama kita itu termasuk salah satu contohnya. Seorang blogger yang juga seorang penyiar. :D

    Ya, kita sama-sama sepakat hampir tidak ada satu pun pekerjaan yang bisa lepas dari kegiatan tulis menulis.

    NIT NOT:
    Terima kasih pujiannya. Sama-sama, Mas.

    BalasHapus
  15. Numpang Absen :
    Saya Setuju Pak Joko..
    Dulu saya selalu terima bersih tentang koresponden/surat menyurat alias tinggal teken saja.. Belakangan aku sadar akhirnya saya menjadi tergantung pada orang yang saya percaya soal koresponden tersebut.

    Sebenarnya ada sih pekerjaan yang gak perlu tulis menulis, yaitu melukis atau mewarnai... namanya aja melukis ..hehehe

    Pacaran jadul pakai surat saya juga pernah mengalami.. rasanya berdebardebar waktu mau buka surat cinta tsb...wkwkwk
    Kalo Perasaan Pak Joko gimana waktu dulu terima surat cinta dari Bu Joko...???

    BalasHapus
  16. Saya dulu ngga suka nulis,... kadang2 bahasanya bisa membuat orang lain tersinggung. Tapi lama kelamaan dengan membaca, akhirnya bisa berubah menjadi lebih baik. Yang penting ada kemauan...

    BalasHapus
  17. tonykoes:
    Melukis? Namanya juga melukis, ya bukan menulis. HeHeHe. Bisa aja Mas Tonykoes.

    Kalau perasan berdebar itu ya sama lah namanya juga orang lagi jatuh cinta. Sejuta-juta rasanya. HaHaHa

    Kaget:
    Kalau orang yang tidak terbiasa nulis, betul biasanya bahasanya akan cenderung kasar.

    BalasHapus
  18. saya masih sangat kesulitan menulis, bahkan ketika harus mengutarakan pendapatan: mana yang lebih benar antara kata JARING atau JARINGAN, saya tidak mampu.

    BalasHapus
  19. @Mas Joko, saya juga masih gagap menulis, tp menurut saya inilah kenyataan yang maya,

    BalasHapus
  20. imroee:
    Saya juga bukan penutur bahasa yang baik apalagi ahli bahasa, Mas Imroee. Kalau para intelektual aja bingung membedakan mana kata yang tepat apalagi saya. Namun berdasarkan pengalaman saya belasan tahun menjadi tukang insinyur kata yang sering disebut banyak para engineer ya "Jaringan" bukan "Jaring."

    Lintang Hamidjoyo:
    Menulis kan sebuah proses, Mas Lintang. Dengan sering menulis kegagapan itu perlahan namun pasti akan hilang dengan sendirinya dan yang maya akan jadi nyata.

    BalasHapus
  21. Hani, contoh penulis dan pembicara yang mantep?

    pastinya...

    tapi semua itu terjadi bukan tanpa alasan...

    saya latihan menulis sejak kecil..

    saya dilatih berbicara dengan orang lain sejak kecil pula...

    karena saya basicnya adalah keluarga pedagang...


    cita-cita sejak kecil juga jadi penyiar radio...

    tapi menulis sendiri nggak hanya sekedar hobi..

    melainkan kebiasaan itu sendiri

    BalasHapus
  22. Rohani syawaliah:
    Lha, ya toh! :) Kalau seorang penyiar pasti MC yang baik dan sekaligus pembicara yang baik pula. Betul, ndak?

    Dan kedua Hani juga penulis yang baik. Bayangkan menulis 3 posting sehari itu bukan perkara mudah untuk orang kebanyakan apalagi sampai bisa menulis novel. Cerita fiksi itu sangat sulit ditulis kalau orangnya hanya punya kemampuan nulis yang biasa2 saja.

    BalasHapus
  23. @Mas Joko:

    aahhhhhh

    dirimu terlalu tinggi melayangkan saya...

    saya mah hanya sebuah besi yang diasah terus menerus tanpa henti...

    saya punya keinginan untuk dikenang sama semua orang melalui tulisan saya...

    krna sayangkan, kalo kita nggak punya kenang2an untuk banyak orang? sedangkan kita hidup hanya sekali....

    BalasHapus
  24. Jadi pengin nimbrung nih. Salam kenal, Pak Joko. Saya boleh nambahin kerugian yang ke-4 ya? (Sebenarnya sih yang ke-5, karena yang ke-4 udah diambil Hani, hehe).

    Kerugian yang ke-4, eh ke-5, "Kehilangan peluang mendapat penghasilan sampingan."

    Sekadar info, ada 1,3 M (saya gak ingat jumlah pastinya) yang beredar setiap bulan dan dibagi-bagi (sebagai honor tulisan) untuk para penulis lepas di koran-koran Indonesia. Sekadar ngingetin, 1,3 M itu nggak sedikit lho...

    BalasHapus
  25. @hoeda manis: yang keempat itu apa ya? kok saya nggak ngeh udah ngambil kerugian yang keempat... wkwkwkwkkw...

    :D

    BalasHapus
  26. Rohani syawaliah:
    #Kenyataannya memang begitu, toh? Hani juga pandai berbicara. Saya aja sampai kesengsem dengar bicaranya. :D

    #Yang ke-4. Saya juga bingung yang mana? Saya cuma nulis 3, kok. Oh, yang ke-4 itu sudah disebut Hani katanya. :)

    Hoeda Manis:
    Yang saya sebut 3 kerugian di sini sebetulnya lebih saya titik beratkan kepada kerugian utama buat orang (awam) yang tak tertarik nulis jadi saya tak mengulas tentang sisi kerugian secara materialnya.

    Tapi, saya tetap berterima kasih kepada Anda untuk poin tambahannya. Rp 1.3 M itu benar, bukan nilai yang sedikit.

    BalasHapus
  27. alhamdulillah saya senng menulis walau g tau orng suka tulisan saya atau g hehehe :D

    BalasHapus
  28. Hoeda Manis:
    Wah, saya tak menyangka ada seorang penulis mampir dan membaca tulisan saya. :)) Terima kasih, Mas Hoeda. Senang bisa berjumpa dan berkenalan dengan Anda. Saya sudah mampir ke blog Anda dan banyak baca artikelnya. Sangat menarik. Dan saya sangat tertarik dengan buku Kumpulan Esai Esensi Sunyi itu.

    kang ian dot com:
    Suka atau tidak suka itu tidak terlalu penting Kang Ian. Yang terpenting terus nulis saja. Nanti pada akhirnya orang lain, kok yang justru mencari tulisan kita.

    BalasHapus
  29. [ask] bagaimana membangkitkan mood bagi seseorang yang Suka Menulis

    BalasHapus
  30. Suka Menulis:
    Mood biasanya dipengaruhi rasa malas. Ini kalau saya. Jadi supaya timbul mood buang jauh-jauh perasaan malas itu.

    BalasHapus