twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Rabu, 19 Januari 2011

8 Syarat Yang Perlu Anda Perhatikan Sebelum Mengkritik di Blog

kritikApakah Anda seorang narablog (blogger) juga? Pertanyaan saya, pernahkah Anda mendapatkan komentar kritik yang tiba-tiba muncul dalam postingan Anda? Apa pendapat Anda bila menjumpai komentar yang seperti itu? Bagaimana seharusnya menyikapi komentar kritik yang bisa berpotensi membuat sakit hati para blogger itu?

Kemarin dalam postingan Inilah 5 Cara Paling Goblok Untuk Belajar Menulis saya mendapatkan sebuah komentar yang seperti itu. Komentar kritik yang ironinya si pengomentar ternyata masih teman blogger dari sahabat-sahabat blogger saya sendiri, karena saya melihat deretan Top Komentator di blognya ternyata adalah nama-nama yang sangat saya kenal di blogosphere ini.

Terus yang semakin membuat saya mengelus dada, dia jauh lebih muda umurnya dari saya. Termasuk umur blognya pun masih setahun saja belum genap (umur 8 bulan), yang tanpa bermaksud untuk menyombongkan diri, kok berani-beraninya menghina orang yang jauh lebih tua umurnya serta blog yang usianya jauh lebih lama dari umur blognya dia.

Hem, sebetulnya saya tak terlalu mempermasalahkan tentang masalah umur (narablog dan blog), karena selama kritiknya itu didukung dengan argumen kuat, data yang sahih dan tidak terkesan asal njeplak, saya pun akan bisa terima dengan lapang dada. Toh, yang namanya kritik dan komentar sinis tidak hanya satu kali dua kali ini saja pernah mampir ke blog saya.

Saya juga sadar, saya ini termasuk tukang kritik, suka kritis juga kalau berkomentar di blog lain jadi rasanya tidak fair juga kalau saya alergi apalagi menutup diri dari kritik orang lain. Tetapi, kalau yang datang itu ternyata hanya kritik yang asal njeplak tanpa dipikir panjang, siapa yang tak sakit hati? Apalagi setelah meninggalkan komentar langsung pergi begitu saja dan tidak pernah datang kembali.

Saya tak perlu quote isi komentarnya di sini. Jika Anda penasaran siapa dia dan apa isi komentarnya, silahkan buka artikel saya tersebut, cari dan baca satu per satu komentarnya di sana. Nanti Anda akan tahu dan bisa menemukan komentar nyolot asal njeplak itu yang mana. Sekalian saya mohon masukan dari Anda apa jangan-jangan hanya saya saja yang terlalu sensitif menerima kritikan orang.

Terlepas dari permasalahan kritik di atas jika Anda hendak mengkritik tulisan di sebuah blog, sebetulnya bagaimanakah cara-cara atau etika mengkritik yang baik?

Nah, saya sudah mengumpulkan setidaknya ada 8 (delapan) syarat yang perlu Anda perhatikan sebelum Anda melakukan kritik di sebuah blog. Berikut syarat-syaratnya:

1. Baca halaman About Me lebih dulu

Jika Anda baru pertama kali berkunjung atau belum tahu siapa pemilik blog yang hendak Anda kritik, bacalah dulu halaman About Me blognya untuk mengetahui lebih dulu siapa narablog yang hendak Anda kritik. Ini penting agar Anda tahu sedang mengkritik siapa. Minimal apa gendernya, orangnya lebih tua apa tidak dengan Anda dsb.

2. Jangan menggunakan nama anonim

Dengan menggunakan nama anonim, email bodong serta alamat atau URL blog palsu untuk mengkritik. Ini adalah cara-cara banci untuk mengkritik. Jika Anda tak mau dijuluki sebagai blogger banci, tinggalkan pakai cara-cara seperti Lempar Batu Sembunyi Tangan ini.

3. Berkatalah dengan sopan

Tetap pakailah kata-kata yang sopan dan jangan merendahkan narablognya. Karena penggunaan kata-kata yang kurang sopan sebetulnya justru merendahkan diri Anda sendiri.

4. Tulislah dengan bahasa baku

Pakai kata dan kalimat yang baku dengan tata bahasa yang baik dan benar. Penggunaan kalimat baku bisa menghindari interpretasi makna berbeda terhadap kalimat yang ada dalam komentar kritik Anda. Dan masalah tata bahasa ini juga penting karena Anda sedang jadi tukang kritik, tentu tidak lucu kalau tata bahasa dalam kalimat Anda masih belepotan, lebih buruk dari blog yang sedang Anda kritik.

5. Pakailah komentar jarak jauh (trackback)

Jika isi komentar kritiknya sangat panjang lebih dari tiga pragraf akan lebih baik Anda melakukan kritik dengan menanggapinya lewat blog Anda sendiri dengan cara memberikan trackback.

6. Ucapkan kata "Maaf"

Jangan lupa menyisipkan kata "Maaf" dalam komentar kritik Anda. Ini penting karena pada dasarnya semua orang (blogger) kurang nyaman jika dikritik. Dengan mengucapkan kata "Maaf" setidaknya sedikit bisa mengurangi dosa Anda yang telah membuat tidak nyaman orang (blogger) lain.

7. Gunakan emoticon

Meski Anda sedang melakukan kritik tentu akan lebih baik tetap dengan nada tersenyum dan tidak dengan marah-marah. Caranya? Coba sisipkan emoticon dalam komentar Anda. Mudah-mudahan ini bisa menjadi sedikit penyejuk dari kritik Anda.

8. Kritiklah secara personal (private)

Jika kritik yang akan Anda lakukan berpotensi mempermalukan narablognya maka akan sangat bijaksana kalau Anda lakukan kritiknya secara personal (private) melalui email atau japri. Karena siapapun tidak ada yang mau dipermalukan di depan umum. Dan berdasarkan pengalaman saya selama ini yang pernah beberapa kali bergesekan dengan blogger lain, jika saya menggunakan komunikasi secara personal hubungan yang awalnya memanas akan bisa mencair kembali saat kita berkomunikasi secara personal.

Demikan, setidaknya 8 (delapan) syarat yang penting untuk Anda perhatikan kalau Anda ingin melakukan kritik kepada blog lain. Jika Anda mengindahkan kedelapan poin ini saya bisa menjamin perang bubat antar blogger pasti akan terjadi, jadi sebaiknya hindarilah. Kecuali, kalau Anda memang lebih suka mencari gara-gara atau musuh daripada mencari teman, ya itu lain soal.

Barangkali Anda ada tambahan atau punya pengalaman menarik seputar kritik mengkritik di blog? Jika ada saya persilahkan tambahkan di kolom komentar, terima kasih. Happy blogging!

Sumber Foto: Angry_women


Bookmark and Share

41 komentar:

  1. Semoga saya bukan termasuk orang yang dimaksud diatas pak Joko.
    Kritik memang berfungsi untuk membangun, rekan narablog lain juga membahas masalah serupa seperti mas Jeprie yang menjadi penulis web2 desain terkenal sering sekali menemui beberapa karakter komentator yang beraneka ragam.
    Beliau juga ikut berbagi masalah serupa di post terakhirnya.

    tetep semangat pak Joko

    BalasHapus
  2. saya mah tergantung...

    di sebuah tempat yg mas joko tau dimana saya telah mengkrtik dengak pedas dan dia membalasnya dengan sok master....

    dasar cowok robot itu...

    sebel aku...

    BalasHapus
  3. dHaNy:
    Terima kasih untuk pompaan semangatnya, Mas. Bukan, itu bukan Mas Dhany, kok karena setahu saya kita malah belum pernah saling berkunjung dan meninggalkan komentar. Benar, ya?

    Rohani Syawaliah:
    Cowok robot? Ha Ha Ha.... Saya baru dengar istilah itu dari Hani. Kalau kasus yang seperti Hani sebutkan itu karena bloggernya memang sok dan kemlinti (sombong) sehingga sesekali bolehlah diberi pelajaran.

    BalasHapus
  4. Barusan saya baca artikel yang dimaksud, dan sepertinya udah jelas siapa yg pak joko maksud hehehee...

    Yah, sabar aja lah pak menanggapinya. Wajar kalau pak joko marah, tapi di balik itu kan ada hikmahnya. Salah satunya ya punya ide membuat tulisan ini. :)

    Dari poin2 yang pak joko utarakan, saya sangat setuju. Namun sepertinya bisa diperpendek lagi. Menurut saya, tdk perlu melihat/membaca halaman about me bila susuan dan tata bahasa kita sudah cukup sopan dan elegan dalam memberikan kritik, karena kebanyakan pengomentar memang sering terlewat membaca halaman about me.

    Jujur saja saya sendiri kurang memperhatikan halaman about me, kecuali blog itu sudah berkali2 saya kunjungi dan saya tertarik dgnya.

    Klo blog diptara ini siy saya sudah lama tau penulisnya, jadi ga perlu baca lagi kan pak hihihii.... eh, sepertinya harus baca lagi dink, sapa tau udah ganti status/kelamin

    *Kabuuuurrr.....

    BalasHapus
  5. Sudah mampir ke tulisan kemarin dan sudah membaca komentarnya. Tapi aku gak ngerti komentar yang mana yang jadi inspirasi Pak Joko menulis ini. Hehehe..

    Mudah-mudahan selama ini saya berkomentar disini tidak ada yang menyinggung perasaan Pak Joko ya?

    Dan menurut saya sih meskipun di internet (blog) kita harus tetap punya yang namanya etiket. Tetap tahu untuk bersopan-santun, tahu cara mengkritik yang baik dan benar, dll. Bukankah internet tak jauh berbeda dengan dunia nyata kita? Bukan karena namanya internet lantas kita bisa berperilaku seenak jidat saja. :D

    Intinya sih saya setuju dengan Pak Joko. Hehehe...

    BalasHapus
  6. kalau yang about me saya memang jarang melihat dan memang tidak melihat halaman about me...
    karena terkadang jika melihat about me,ikut mempengaruhi obyrktivitas...
    lantaran sungkan dan ewuh ,akhirnya yang terjadi malah sendiko dawuh...

    karena bagi saya,sebesar apapun namanya...katakanlah orang sebesar Jonru,tidak semua ucapannya adalah benar..pasti ada beberapa point yang terselip kesalahan...

    bagi para pengikutnya,apapun kesalahan itu,tetaplah wajar,namanya juga cinta,orang senang mau gimana lagi,walaupun di bilang orang istri saya gemuk,tapi kalau sudah cinta,sudah senang,apapun kata orang..EGP..
    sama halnya dengan kasus seperti ini,ketika yang kita hantam kritik adalah orang yang sudah mempunyai pengikut banyak dan mempunyai nama besar,ada resiko yang di hadapi,karena menurut mereka,apapun ucapnya adalah benar,harus di ikuti,sabdo pandito ratu,dan itu wajar,karena dia memang tokoh panutan..

    ini berlaku di manapun,seperti halnya ketika orang mengkritik seorang Lurah yang ketahuan selingkuh dengan istri orang,karena sang Lurah mempunyai banyak pengikut,apapun kesalahan Lurah pasti di anggap wajar dan itu adalah suatu kekhilafan,tapi tidak bagi suami sang wanita dan kerabatnya,walaupun dia Lurah & banyak pengikut bukan berarti seluruh kesalahannya bisa di diamkan saja hanya karena nama besar...

    mungkin akan menjadi aneh bagi orang yang belum terbiasa akan kritikan,tapi bagi mahasiswa yang terbiasa di forum diskus,kritikan hanya berlaku di forum saja,setelah di forum tetap mereka adalah teman,kecuali sangg mahasiswa tidak pernah nimbrung di forum diskus dan hanya ngalor ngidul bawa diktat saja kerjaannya...

    ketika suatu kesalahan kecil di lempar ke publik,memang harus di tanggapi secara terbuka pula...

    dan kalau memang ini di angap suatu kesalahan.gpp..itu resiko yang harus saya terima,dan mungkin bisa menjadi koreksi...menjadi pelajaran bagi saya dan semua,bahwa setiap artikel yang kita publish ke publik ada tanggung jawab di dalamnya,dan ketika ada kritik janganlah kritikan di anggap sebagai ancaman,walaupun si pengkritik adalah blog bayi berumur 6 bulan...

    krtikan untuk mas Joko,tidak perlu sungkan untuk langsung menunjuk hidung,gpp,langsung tunjuk saja kalau orang itu adalah saya,biar pembaca tidak mengira-ngira,tapi ada benarnya juga jika mas hanya memberi clue,minimal berimbas pada pageview....

    BalasHapus
  7. Saya tahu siapa yang Pak Joko maksud itu (yang berkomentar agak sinis). Kalau menilai isi komentarnya, jelas saja ia kurang mampu memahami konteks tulisan Pak Joko itu. Nggak nyambung aja dengan pesan utama pada tulisan.

    Bisa jadi karena membaca secara 'fast-reading' atau terlalu terprovokasi dengan judul. Sayang sekali kalau begitu.

    Padahal dia saya kenal selama ini tergolong sangat santun ketika berkomentar. Termasuk di blog saya.

    BalasHapus
  8. Emoticon bisa berpengaruh banyak dalam persepsi pembaca. Bisa dilihat ilustrasinya di komik ini, http://theoatmeal.com/comics/minor_differences

    BalasHapus
  9. Saya setuju dengan poin-poin yang Pak Joko paparkan di atas. Khusus mengenai penggunaan emoticon, kadang itu malah membuat saya jadi kurang simpatik. Terkesan seperti menyindir, tapi pura-pura dikemas dalam nada bercanda. Yang menjengkelkan, kritikan/sindirannya terkesan asal keluar dan dikemas dalam kalimat singkat yang kurang mencerminkan seseorang yang punya wawasan berpikir luas.

    Andai saja ia mau sedikit lebih memperjelas isi kritikannya dengan penambahan argumentasi-argumentasi pendukung yang logis, tentunya saja tidak akan mudah jengkel.

    Ini biasa saya temukan pada blogger yang masih relatif muda. Sebagian mereka pernah atau cukup sering berkomentar di blog saya.

    BalasHapus
  10. saya sudah baca satu persatu komentar di tulisan sebelumnya, tapi masih saja belum nemu kritikan yang dimaksud. hehehehe

    tapi yah namanya juga ruang publik ya? (sok paham). Di poin ke tiga tadi sudah disampein sama mas Joko juga si, kata-kata yang tidak sopan merendahkan diri anda sendiri. yang paling rugi akhirnya dia sendiri juga.

    tapi wajar juga si kalau kita tersinggung. di kehidupan nyata, kalau diperlakukan tidak sopan--apalagi di ruang publik--siapa juga yang tidak tersinggung?

    meski akhirnya yang mendapat stigma negatif adalah orang yang berlaku tidak sopan itu tadi.(sok tahu lagi deh)

    moga2 komen saya di sini tidak pernah menyinggung. amiiin (usap2 muka)

    BalasHapus
  11. Wah! Pencerahan nih. Terimakasih Pak.

    Tapi koq 'Perang Bubat' yang jadi analoginya ya? Setahuku perang bubat adalah perang yang tidak seimbang, yang di penuhi dengan trik licik seorang Gajah Mada. Benar begitu ya Pak?

    Kalau bisa mohon pencerahannya lagi Pak, terutama tentang perang bubat.

    BalasHapus
  12. Untuk kritik yang agak keras, menurut saya alangkah lebih baik jika ditujukan lewat email saja...
    Namun saya setuju jika ingin memberi kritik itu jangan menggunakan anonim. Kritik yang menggunakan anonim bagi saya itu bukan merupakan kritik yang membangun, hanya cari-cari masalah...

    BalasHapus
  13. Aris:
    Ya, Mas Aris, hikmahnya saya jadi ada ide buat nulis artikel ini. :)

    Tentang membaca About Me itu tujuannya agar kita tahu aja siapa yang kita kritik. Itu saja, sih Mas. Akan menjadi tak penting dibaca jika, saya sependapat, selama kata-kata kita sangat sopan dan elegan dalam memberikan kritik.

    HaHaHa.....Sampean ini ada-ada saja. Saya masih tetap laki-laki tulen dan belum tertarik untuk operasi ganti kelamin. :D

    Kimi:
    Kalau Mbak Kimi belum bisa menebak siapa orangnya, ndak usah terlalu dipikirkan, Mbak. Yang jelas saya pastikan itu bukan Mbak Kimi, kok.

    Ya, kita sama-sama sependapat yang namanya sopan- santun itu berlaku dimanapun, termasuk di internet. Jangan mentang-mentang tak bertatap muka secara langsung terus bisa seenaknya sendiri.

    Widodo:
    Mas Widodo, saya perlu menegaskan meski sampean pernah mengkritik saya tapi saya tegaskan untuk kali ini bukan sampean yang saya maksud. Orangnya adalah seperti yang sudah kujelaskan lewat telepon pagi tadi.

    Tentang masalah membaca About Me itu mengapa menjadi penting untuk dibaca pada saat kita mengkritik, semua itu tak lebih untuk menghormati siapa orangnya yang akan kita kritik. Jangan sampai kita sampai salah sebut nama, gender, apalagi sampai merendahkan orangnya dalam kata-kata kritik kita. Itu saja.

    Kita sama-sama orang Jawa yang tahu etika atau sopan-santun bagaimana seharusnya berbicara kepada orang lain terlebih itu orang tua atau kepada orang yang lebih tua umurnya dari kita. Bagi kita orang Jawa nyebut orang yang lebih tua dengan nama saja itu sudah sesuatu yang dianggap tidak sopan.

    Ini sebetulnya samasekali tidak ada kaitannya dengan obyektivitas dari kritiknya karena tujuan kita mengkritik, kan memang mengkritik tulisannya, bukan orangnya. Siapapun orangnya seharusnya ya tidak berpengaruh. Kecuali kalau dari awal niat kita mengkritik memang untuk menjatuhkan orangnya tentu tak perlu repot-repot baca About Me lagi.

    Iskandaria:
    Ya, Mas Is, orangnya itu adalah salah satu teman Mas Iskandaria juga. Sering comment di blog Mas Is. Dan kalau saya amati komentar-komentarnya di blog Mas Is dan blog-blog lain rata-rata memang sopan komentarnya.

    Betul, ada kemungkinan dia melakukan fast reading dalam membaca artikel saya, atau hanya baca judulnya sehingga terpancing untuk meninggalkan komentar sinis seperti itu.

    BalasHapus
  14. Jeprie:
    Komunikasi dengan teks itu sangat dingin dan kaku. Adanya emoticon bisa membantu mencairkan atau menyegarkan suasana. Bukan begitu, Mas Jeprie? Terima kasih untuk link referensinya.

    Iskandaria:
    Pemakaian emoticon seperlunya saja, Mas Is. Saya juga kurang suka dengan emoticon yang aneh-aneh dan terlalu berlebihan. Contoh cukup dengan emoticon smile itu saja sudah cukup.

    Pengalaman saya selama ini kebanyakan juga blogger muda, Mas Is. Blogger sepuh cenderung jarang.

    Huda Tula:
    Mas Huda tidak usah kuatir itu bukan sampean, Mas.

    Ya, komentar itu sangat mencerminkan siapa diri kita. Sayangnya banyak yang masih belum nyadar akan hal ini dan tetap beri komentar seenaknya saja.

    Padly Rahman:
    Penganalogian Perang Bubat itu hanya asal aja, kok Mas Padly. HeHeHe. Jangan terlalu diambil serius. Intinya timbul perang terbuka antar blogger atau polemik.

    eser:
    Kritik yang keras (sinis) berdasarkan pengalaman saya di blog ini kebanyakan memang tampil tanpa nama (anonim).
    Ya, seharusnya lebih baik lewat email kalau kritiknya agak keras.

    BalasHapus
  15. kenapa yang menjadi aktor utamanya gak mampir ya?

    hahay... mau saya panggil ahhhh...

    mana ya? kok ilang?

    BalasHapus
  16. Rohani Syawaliah:
    Jangan Hani. Saya anggap masalahnya sudah selesai. Saya ambil hikmahnya saja. :)

    BalasHapus
  17. Saya pribadi terbuka sekali mengenai kritik ini mas joko, hanya saja yaitu penggunaan bahasa yg sopan dalam mengkritik serta identitas diri.

    Kalau ada kritik tapi IDnya saja palsu, males saya approve komentarnya. Untuk apa. Toh juga yg bersangkutan saya yakin tidak akan kembali untuk menanggapi andai kritikannya kita respon.

    BalasHapus
  18. arief maulana:
    Seorang pribadi yang terbuka pasti tidak akan anti kritik, Mas Arief. Saya percaya Mas Arief termasuk salah satunya, pribadi yang sangat terbuka tersebut.

    Biasanya komentar yang jenis seperti Mas Arief sebutkan itu, ya begitu. Komentar lalu tak pernah datang lagi apalagi ngajak berdiskusi.

    BalasHapus
  19. Kritik, kritik dan kritik :D

    Masih hangat untuk diperdebatkan, karena memang batas antara kritikan dan cacian itu sangat tipis. Saking tipisnya, kadang itu memicu pro-kontra. Nah, disini tinggal yang dikritik saja, mau terus maju atau mandeg alias terpancing tuk mandeg. That's wrong.

    Ingat, setiap dari kita punya keunikan. Dan jika ada yang terusik dengan itu, that's their problem. Kecuali kalau karya kita jelas ada sesuatu yang perlu diberi tanggapan.

    Kritik menurut kamus online bahasa:
    "..kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk thd suatu hasil karya, pendapat, dsb"

    Nah, kalau hanya bisa mengkritik tanpa ada solusi. Get lost! Mereka hanya membuang-buang waktu.

    Akhirnya, poin2 persyaratan tuk mengkritik blog di atas itu memang sepatutnya kita terapkan, kawan. *tos* :)

    BalasHapus
  20. Darin:
    Betul, batas itu menjadi semakin tipis (kritik dan cacian) kalau kata-katanya itu tidak sopan, sinis dan kasar.

    Saya awalnya juga sempat kaget karena saya lihat blognya ada nama Mas Darin dan Mas Iskandaria juga mejeng di sana menjadi salah satu Top Komentatornya. Saya sempat mikir bagaimana cara menyelesaikannya karena setelah komentar itu dia tak pernah datang-datang lagi untuk menjelaskan maksudnya.

    Terima kasih, Mas Darin. Mari kita bersulang. :)

    BalasHapus
  21. Salam kenal mas, blognya mas Joko isinya 'quality post' semua :) jadi tertarik nih ikut nimbrung. Cuman penasaran aja, komen yang mana yang dimaksud. Dah saya baca 1 1, kayaknya nggak ada yang menyinggung. Mungkin cuman masalah gaya bicaranya aja. Mungkin komen yang ada hubungannya dengan 'question marks' itu ya? Biasa aja mas, gausah dipusingin, kalo aku sih, ga suka ya delete aja atau not approve. Hehehe...

    BalasHapus
  22. Teddy Siswanto:
    Benar, Mas Teddy. Jangan-jangan sayanya aja yang terlalu sensitif. Ini salah satu efek atau kerugian kalau kita sudah belajar bagaimana cara berbahasa (menulis) yang baik dan benar sesuai EYD. Penggunakan tanda baca (?) berlebihan itu kalau orang mengerti bahasa bisa diartikan marah-marah atau bertanya dengan cara menuding keras.

    Salam kenal juga, Mas Teddy. Rupanya Anda salah satu siswa Asian Brain, ya? Senang saya bisa berjumpa dengan Anda. 3 tahun yang lalu (awal 2008) saya juga sempat menimba ilmu di sana, kepada Ahira. :)

    BalasHapus
  23. Saya jarang pakai pakem Mas...
    Kalau ngritik suka spontan aja.
    Cuman biasanya saya hanya ngritik pada temen yang sudah lama saling kenal.
    Kalau terhadap orang baru saya suka hati2 saja.
    Apalagi kalau orang tersebut tipe kaku, saya males berteman dan males mengkritik.
    Makasih sudah berkunjung ke Blog saya

    BalasHapus
  24. Salah satu yang perlu sama sama kita sadari bahwa blog sebagai tempat bertemunya dua hal yang saling berlawanan, beberapa hal yang saling bertolak belakang, dan dua pendapat yang saling berseberangan, tapi dari tulisan mas Joko diatas saya dapat simpulkan dan garis bawahi bahwa "Janganlah seorang mencela orang lain sebab jika dia tidak suka pada salah satu kebiasaannya maka dia bisa menerima kebiasaannya yang lain." :p - Do Something USEFUL if u Really Love Indonesia. Pis pis pis - Weleh2x.

    BalasHapus
  25. marsudiyanto:
    Sama-sama, Pak. Terima kasih juga Pak Mars sudah bersedia berkunjung ke rumah maya saya. Senang saya menerima kunjungan bapak. Semoga kita juga bisa menjadi teman.

    Tentang masalah kritik. Insya Alloh, mudah-mudahan saya bukan tipe orang yang kaku tersebut, Pak. Saya terbuka untuk dikritik

    Lintang Hamidjoyo:
    Ah, kata-kata yang digarisbawahi Mas Lintang itu sangat bijaksana sekali. Sungguh sangat menyejukkan saya yang membacanya. Terima kasih, Mas.

    BalasHapus
  26. Ketika ingin meninggalkan komentar saya juga jarang mas mengamati about me pada setip blog, terkecuali sudah sering saling berkunjung dan terasa dekat seperti saya dan mas Joko, (menurutku dekat GR kali?) karena nanti akan timbul ewuh pekewuh.
    Melihat kasus ini bukannya tidak sependapat dengan ketersinggunan mas Joko terhadap komentar dari salah satu visitor tersebut (aku tahu siap dia), tapi memang perlu diingatkan, padahal dia juga main di bisnis OL, tidak sadar kalau sebenarnya dia sedang berjualan menjajakan dagangannya apakah tidak berfikir dua kali dan takut prospeknya pada kabur? bukannya jual diri dengan benar malahan mencaci maki nggak karuan.
    Satir dikit neh mas? Mungkin dia habis blog walking atau marathon blog running dan belum minum obat anti mabuk jadi masuk angin kecapekan ngaso di blog mas Joko muntah-muntah disitu!

    mas WIDODO: ng'amini ms Joko bukan sampean percaya..dan kenapa tidak pakai (trackback) comment wae toh?

    BalasHapus
  27. Agus BF:
    Kayaknya dari semua pengomentar, termasuk Mas Agus, rata-rata semuanya menganggap tak terlalu penting membaca halaman About Me, kecuali saya saja kayaknya. Tapi serius, lho kalau melihat statistik blog ini halaman About Me meski saya singkirkan agak ke dalem, saya tutup pakai profile blogger tapi tetap saja dicari pengunjung. Buktinya sampai ber-PR postingnya. Ya, sudah poin 1 optional saja, Mas Agus.

    Sama, Mas. Kita sudah saling kenal lama di blogosphere. Saya juga merasa dekat dengan Mas Agus meski Mas Agus jauh di Jakarta dan saya jauh di sini (Jogja). Berarti sudah nginguk ke blognya, ya? Kok tahu kalau bloggernya lagi berbisnis online?

    Begitulah, saya sebetulnya juga heran mengapa blogger itu komentarnya sinis banget padahal saya mengamati blognya dan juga komentar-komentarnya di blog lain, baik-baik saja. Mudah-mudahan bukan karena belum minum obat anti mabuk seperti dugaan, Mas Agus itu. HaHaHa :D

    BalasHapus
  28. Saya bukan nginguk lagi pernah sekali saling berkunjung jadi aku tahu dia ikutan afiliasi FB-JS, jadi blognya itu buat preselling blog. Saya awalnya ngeblog two years ago, karena positive effect dari program afiliasi RAHASIAPANAS jadi bikin preselling blog atau doorway blog ternyata sekarang keasyikan!
    Okelah kalau begituh anggap saja komen-komen SPAM itu buat patient tester. Happy blogging.

    BalasHapus
  29. Agus BF:
    Ikut bisnis saudara saya yang dari Semarang JS itu, toh? Weleh-weleh ketinggalan saya malah, Mas Agus. Patient Tester?! HaHaHa.... :))

    BalasHapus
  30. Sebelumnya minta maaf ya Pak Joko.. soalnya di artikel "Goblok Itu " saya komen gak jawab setuju atau tidak setuju,tapi malah ngoceh gak karuan... :)
    Saya tau orang yang Pak Joko maksud, yaitu yang komenya Jenengan Jawab tidak dengan senyuman... :)
    Membaca about Me memang perlu, saya pernah malu gara" Komentar ndak baca dulu AboutMe Blog yang aku Kunjungi. Sudah sok-sokan aku pakai bahasa sunda eh ternyata nara blognya orang padang..hahaha.. malukan..
    Saya Percaya Kalo Pak Joko orangya santun dan gak sombong, terbukti dalam setiap komen jenengan di blog saya yg masih kacang-kacang masih mempertahankan sisi Etika. Padahal bisa saja Orang sekelas Pak Joko komen sembarangan di blog saya yang bau kencur itu... Yah terimakasih sajalah jenengan sudi berkunjung di blog saya.
    Soal emoticon, kalo di blog DIPTARA kok gak bisa muncul ya Pak..?

    BalasHapus
  31. santai ajah pak, celaan, hunaan dan lainnya merupakan cambuk bagi kreativitas kita
    yang sabar ajah

    BalasHapus
  32. "Yang tidak membunuhmu, akan menguatkanmu," kata orang bijak. Dan karena sampeyan tidak terbunuh oleh kritik, semoga kritik itu justru menguatkan sampeyan, pak joko.

    Btw, saya ketawa ngakak baca komennya mas agus bf di atas. Memangnya ada tho, orang muntah2 di blog? :D

    BalasHapus
  33. Terlepas dari uraian yang sudah Pak Joko tulis, bagi saya ngeblog itu untuk cari kawan. Jadi mengkritik yang disertai semangat pertemanan akan terasa enak di dalamnya meskipun di luarnya terasa pahit. :)

    BalasHapus
  34. kalo yang nyepam kayak diatas saya ini gimana pak?? apa ngga dibasmi aja

    BalasHapus
  35. tonykoes:
    Mas Tony, kadang sebuah pertanyaan tak perlu untuk dijawab. Yang terpenting kita sudah sama-sama tahu apa jawabannya. Ya, seharusnya saya meskipun marah tapi akan lebih baik tetap tersenyum. Terima kasih saya sudah diingatkan.

    Jenengan terlalu berlebihan memuji saya, Mas. Biasa saja. Saya tidak membeda-bedakan blog baru maupun lama. Semua adalah teman bagi saya.
    Soal emoticon, blogspot berbeda dengan WP, tak bisa memunculkan emoticon. Katanya bisa, sih tapi harus install dulu program tambahan agar bisa muncul. Tapi jika yang baca simbolnya sudah terbiasa chatting dan main di Kaskus saya rasa tanpa muncul smileynya pun semua sudah tahu arti simbol2nya.

    Pencerah:
    Terima kasih atas suntikan semangatnya buat saya.

    Hoeda Manis:
    Terima kasih, Mas Hoeda. Insya Alloh kritik itu tak sampai membunuh semangat blogging saya.

    Kenyataannya? Jangan-jangan begitu. Habis mabuk blogwalking jadinya giliran di blog saya mungkin muntah-muntah. :D

    Agus Siswoyo:
    Betul sekali, Mas Agus. Tujuan kita mengkritik adalah untuk mengkritisi tulisan bloggernya, bukan untuk memusuhi orangnya.

    Abdul Hakim:
    Sesekali kadang spam seperti contoh di atas masih lebih menyenangkan ketimbang komentar yang sinis, Mas Hakim. Betul? :)

    BalasHapus
  36. hmmm... gimana ya jadi bingung udah baca dan kayaknya ane tahu. hehe

    ya itulah dinamika blogging dan memang ini kembali ke etika berkomentar :)

    BalasHapus
  37. ___Pakai kata dan kalimat yang baku dengan tata bahasa yang baik dan benar. Penggunaan kalimat baku bisa menghindari interpretasi makna berbeda terhadap kalimat yang ada dalam komentar kritik Anda. Dan masalah tata bahasa ini juga penting karena Anda sedang jadi tukang kritik, tentu tidak lucu kalau tata bahasa dalam kalimat Anda masih belepotan, lebih buruk dari blog yang sedang Anda kritik.___

    Saya rasa TIDAK PERLU! Kan artikelnya tentang "Cara Paling Goblok Untuk Belajar Menulis"! Jadi,kenapa sekarang anda menyuruh orang kursus tata bahasa???

    BalasHapus
  38. ___Pakai kata dan kalimat yang baku dengan tata bahasa yang baik dan benar. Penggunaan kalimat baku bisa menghindari interpretasi makna berbeda terhadap kalimat yang ada dalam komentar kritik Anda. Dan masalah tata bahasa ini juga penting karena Anda sedang jadi tukang kritik, tentu tidak lucu kalau tata bahasa dalam kalimat Anda masih belepotan, lebih buruk dari blog yang sedang Anda kritik.___

    Saya rasa TIDAK PERLU! Kan artikelnya tentang "Cara Paling Goblok Untuk Belajar Menulis"! Jadi,kenapa sekarang anda menyuruh orang kursus tata bahasa???

    BalasHapus
  39. Andi Sakab:
    Berarti saya tak perlu menjelaskan lagi kalau yang berkomentar sinis (mengkritik) itu untuk bukan Mas Andi.
    Ya, lagi-lagi etika. :)

    imroee:
    Mas Imroee ndak salah mengkuotasi, ya? :) Artikel yang sedang dikomentari ini bukan artikel "Cara Paling Goblok Untuk Belajar Menulis" tapi artikel "8 Syarat Yang Perlu Anda Perhatikan Sebelum Mengkritik di Blog"

    Kalau dalam menulis artikel memang saya menawarkan cara "Goblok" tetapi itu tidak berlaku kalau untuk nulis komentar buat ngeritik blog orang lain. Mengapa? Nanti kitanya malah bisa-bisa diserang balik: Goblok, kok mengkritik orang pinter. Ha Ha Ha

    BalasHapus
  40. ok-lah kalau gitu.

    Still, You're the Bomb!

    BalasHapus
  41. imroee:
    Main-main dengan bom bukannya dilarang, Mas? Nanti dikira teroris, lho. Lol

    BalasHapus